Gelombang Tarif Baru Trump Guncang Perdagangan Global, 60 Negara Terancam

Ferrika Lukmana Sari
8 Agustus 2025, 12:15
Tarif
Katadata/Elvandri/AI
Dampak kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap perekonomian Indonesia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Lebih dari 60 negara di dunia tengah kelabakan merespons gelombang tarif baru Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden Donald Trump dan mulai berlaku pada Kamis (7/8) waktu setempat. Tarif impor ini berkisar antara 10% hingga 41%, dengan beban tertinggi menimpa Swiss (39%), Brasil (40%), dan Suriah (41%).

Kebijakan tersebut mengacaukan sistem perdagangan global yang sudah berjalan puluhan tahun. Perwakilan industri dari negara maju maupun berkembang memperingatkan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Di Brasil, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva menyebut bea masuk baru itu sebagai pemerasan yang tidak dapat diterima dan berencana menyalurkan bantuan negara untuk perusahaan terdampak.

Swiss juga langsung bereaksi. Presiden Karin Keller-Sutter gagal mencegah tarif 39% setelah upaya terakhirnya di Washington. Ia menyebut kebijakan ini sebagai skenario horor bagi sektor industri. “Bagi sektor, perusahaan, dan pekerja yang terdampak, ini adalah situasi yang luar biasa sulit,” ujarnya dikutip dari The Guardian, Jumat (8/8).

Pemerintah Swiss menegaskan tarif tersebut akan memberikan tekanan besar pada perekonomian yang berorientasi ekspor.

Taiwan terus melanjutkan negosiasi dengan Washington. Presiden Lai Ching-te mengatakan tarif 20% yang dikenakan pada sekutu kunci AS itu bersifat sementara.

Sementara itu, Irlandia yang terikat kesepakatan tarif maksimum 15% dengan AS akan meluncurkan strategi baru untuk mengurangi ketergantungan pada perusahaan multinasional asal AS seperti Intel, Pfizer, dan Johnson & Johnson.

Negara miskin seperti Lesotho meski mendapat keringanan tarif dari 50% menjadi 15%, tetap mengaku terpukul. Industri tekstil setempat sebagai pemasok Levi’s dan Walmart sudah menderita akibat pembatalan pesanan dan PHK dalam beberapa bulan terakhir.

Laos, yang terkena tarif 40% seperti Brasil dan Myanmar, juga meradang. Ketua Asosiasi Industri Garmen Laos, Xaybandith Rasphone memperkirakan sekitar 20 ribu pekerja atau lebih bisa terdampak.

Ketua Diep Vu Johannes Somers menegaskan bahwa tarif 40% sebagai paku terakhir di peti mati bagi industri yang ingin mengirim produk ke AS.

Harga Barang Impor Jadi Lebih Mahal

Trump mengklaim kebijakan ini akan membuat miliaran dolar mengalir ke AS. Namun, bea masuk ini umumnya dibebankan ke pelanggan akhir sehingga harga barang impor menjadi lebih mahal.

“Satu-satunya hal yang bisa menghentikan kebesaran Amerika adalah pengadilan kiri radikal yang ingin negara kita gagal,” tulis Trump di media sosial, merujuk pada gugatan hukum yang mempertanyakan kewenangannya menetapkan tarif tersebut.

Beberapa negara berhasil menegosiasikan pengurangan tarif, termasuk Inggris, Thailand, Kamboja, Vietnam, Indonesia, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, dan Uni Eropa (UE). Namun, tarif tinggi untuk mobil dan suku cadang asal Eropa sebesar 27,5% masih berlaku.

Ketua Asosiasi Industri Otomotif Jerman, Hildegard Müller, menyebut kesepakatan parsial UE-AS “tidak membawa kejelasan atau perbaikan”. Ia menuntut janji perjanjian segera diwujudkan.

India juga terancam. Tarif 25% yang berlaku saat ini bisa naik menjadi 50% setelah Trump menandatangani perintah eksekutif sebagai balasan atas pembelian minyak India dari Rusia.

Delhi memiliki waktu 21 hari untuk merespons, sementara Trump mengancam akan melakukan hal yang sama pada negara pemasok Rusia lainnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...