Airlangga Yakin Penempatan Rp 200 Triliun di Perbankan Bisa Dongkrak Kredit
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis penempatan uang negara Rp200 triliun di perbankan tetap akan diserap pasar, meskipun saat ini permintaan kredit tengah perlambatan.
“Penambahan likuidasi di pasar selalu baik,” kata Airlangga di Gedung Kemenko Perekonomian, Jumat (12/9).
Menurutnya, penempatan dana tersebut juga akan dibarengi kebijakan lain untuk mendorong sisi permintaan. Misalnya melalui perbaikan iklim investasi serta penerapan penuh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang akan berlaku mulai 5 Oktober 2025.
“Itu kan deregulasi sudah berjalan. Nah harapannya itu bisa direspons oleh dunia usaha,” ujar Airlangga.
Rencananya, dana Rp200 triliun yang saat ini tersimpan di Bank Indonesia akan ditempatkan di bank-bank milik negara (himbara), yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Selain itu, pemerintah juga akan menyalurkannya ke bank syariah.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa belum menyebut dua nama bank syariah tersebut. Namun, jika masih termasuk dalam himbara, kemungkinan besar adalah Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Syariah Nasional (BSN).
Tak Khawatir Walau Ekonomi Lesu
Purbaya menegaskan, pemerintah tidak khawatir menggelontorkan dana besar itu meski ekonomi sedang lesu. Ia mengakui daya beli masyarakat masih tertekan, tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang turun dari 118,1 pada Juli menjadi 117,2 pada Agustus 2025.
Namun, ia yakin kredit akan tumbuh. “Jadi orang pernah bilang juga seperti itu bahwa kredit nggak akan naik kalau ekonominya nggak maju, gitu kan? Sudah pernah kita balik. Kita kasih uang banyak, kredit tumbuh juga,” kata Purbaya saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (11/9).
Ia menjelaskan, jika bank diberikan likuiditas lebih, maka ada cost of capital atau biaya riil yang harus dibayar dari berbagai sumber pendanaan. Bank akan rugi jika tidak menyalurkan kredit.
“Dia akan terpaksa menyalurkan dalam bentuk kredit,” ujar Purbaya.
Purbaya menganalogikan kucuran dana pemerintah itu seperti bahan bakar yang bisa membuat mekanisme pasar berjalan. Bank akan terdorong lebih giat mencari proyek agar dana tersalurkan.
“Yang biasanya tadi santai-santai, terpaksa berpikir lebih keras sedikit. Kan mereka pintar nih untuk mencari proyek-proyek yang bagus untuk menyalurkan dana itu,” katanya.
Dengan begitu, ia yakin dana negara tersebut akan menyebar di sistem ekonomi dan pada akhirnya mempercepat pertumbuhan.
