Shutdown Kacaukan Data Ekonomi AS, Bagaimana Nasib Suku Bunga The Fed?

Rahayu Subekti
6 Oktober 2025, 14:26
The Fed
ANTARA FOTO/REUTERS/Elizabeth Frantz/wsj
Ketua The Fed Jerome Powell
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) sejak Senin (1/10) menghentikan publikasi sejumlah data ekonomi penting. Para ekonom memperingatkan, kondisi ini dapat membuat Bank Sentral AS (The Fed) mengalami krisis data dalam menentukan arah kebijakan suku bunga pada akhir bulan ini.

Padahal, laju perekrutan tenaga kerja yang melambat telah memicu kekhawatiran resesi, sementara inflasi masih sulit ditekan. Ketua The Fed Jerome Powell pun mengakui bahwa pembuat kebijakan sedang menghadapi situasi yang menantang di tengah gejolak ekonomi global.

Sejumlah ahli menyampaikan kekhawatiran atas potensi hilangnya data pemerintah, termasuk laporan ketenagakerjaan bulanan yang seharusnya dirilis pada akhir pekan ini.

Ketiadaan laporan penting seperti data tenaga kerja dan inflasi bulanan menambah ketidakpastian arah kebijakan The Fed.

“Ini mungkin saat terburuk bagi The Fed untuk kehilangan data,” kata Profesor Ekonomi Williams College, Kenneth Kuttner, dikutip dari ABC News, Senin (6/10).

Shutdown terjadi setelah Senat AS menolak proposal pendanaan baik dari Partai Demokrat maupun Republik, memperparah kebuntuan politik di Washington.

Dampaknya, sejumlah lembaga pemerintah seperti Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Biro Analisis Ekonomi (BEA), dan Biro Sensus menghentikan sementara publikasi data utama mereka.

The Fed di Tengah Risiko Stagflasi

Menurut pakar ekonomi dari Franklin and Marshall College Yeva Nersisyan, kondisi ini membuat The Fed semakin sulit mengambil keputusan di tengah risiko stagflasi, yakni kombinasi inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi lemah.

Dilema yang dihadapi The Fed cukup berat karena menaikkan suku bunga bisa makin menekan ekonomi dan memicu resesi, sementara menurunkan bunga berpotensi membuat inflasi kembali melonjak dan sulit dikendalikan.

Bulan lalu, The Fed sempat memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 poin dan memproyeksikan dua kali pemangkasan tambahan tahun ini. Namun, perbedaan pandangan di internal Federal Open Market Committee (FOMC) masih tajam.

“Ini waktu yang sulit untuk kehilangan akses ke data, karena ada beberapa ketidaksepakatan yang cukup jelas di dalam FOMC,” ujar Profesor Stanford University Darrell Duffie.

Kebijakan The Fed Berisiko “Buta Data”

Meski begitu, sejumlah ekonom menilai absennya data tidak akan banyak mengubah rencana jangka pendek The Fed. Mereka berpendapat, arah tren ekonomi sudah cukup jelas yakni pasar tenaga kerja melemah signifikan, sementara inflasi tetap membandel.

Keputusan suku bunga berikutnya dijadwalkan diumumkan pada 29 Oktober 2025. Namun, jika shutdown masih berlangsung hingga mendekati tanggal itu, banyak analis khawatir The Fed akan membuat keputusan dalam kondisi minim informasi.

“Jika data terus tidak tersedia beberapa hari sebelum pertemuan berikutnya, hal itu akan menjadi sumber kekhawatiran yang signifikan,” kata Duffie.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...