Rupiah Berpotensi Menguat, Investor Tunggu Hasil Perundingan Dagang Cina-AS

Ferrika Lukmana Sari
28 Oktober 2025, 09:34
rupiah
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Petugas menghitung uang rupiah di Kantor Cabang BNI Pasar Baru, Jakarta, Senin (27/10/2025). Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen sebagai upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diproyeksikan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Hal ini dipengaruhi kombinasi faktor global maupun domestik.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, mengatakan bahwa meskipun ada tekanan pasar, rupiah berpotensi terapresiasi mendekati Rp 16.600 per dolar AS.

“Harapannya rupiah dapat menguat seiring menurunnya ketegangan geopolitik, terutama setelah pertemuan antara AS dengan ASEAN, India, Jepang, dan China yang telah dijadwalkan,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (28/10).

Fikri menambahkan, peluang penguatan rupiah juga didukung ekspektasi penurunan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) sebesar 25 basis poin, tingginya minat investor pada lelang SBSN hari ini, serta hasil penerbitan dim sum bonds pemerintah Indonesia yang cukup baik.

Selain langkah-langkah tersebut, Fikri menilai Bank Indonesia (BI) sebaiknya memperkuat koordinasi dengan fiskal untuk penerbitan global bonds, mensosialisasikan penggunaan mata uang lokal bagi pelaku ekspor-impor.

Hal ini mendorong kerja sama penggunaan Local Currency Settlement (LCS) dengan bank sentral lain, serta meningkatkan minat investor terhadap sekuritas BI yang non-rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.620 per dolar AS. Angka ini naik satu poin atau 0,01% dari penutupan sebelumnya.

Tunggu Hasil Perundingan Dagang Cina-AS

Di sisi lain, analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai rupiah berpotensi menguat di tengah sentimen risk-on akibat harapan perundingan dagang Cina-AS.

Sentimen risk-on terjadi ketika investor berani mengambil risiko dan membeli aset berpotensi tinggi. Sedangkan risk-off terjadi saat mereka memilih aset aman seperti obligasi atau emas

Namun, investor tetap waspada terhadap sentimen domestik yang bisa memicu sell-off ekuitas, khususnya karena kekhawatiran penurunan bobot beberapa saham Indonesia di indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).

"Saya memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp 16.550 hingga Rp 16.650 per dolar AS," kata Lukman.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...