Jumlah Penumpang MRT dan KRL Turun Selama Sepekan Penerapan PPKM
Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa - Bali telah berlangsung satu minggu. Hal ini berdampak pada jumlah penumpang transportasi yang turun karena pembatasan jam operasional serta pembatasan kapasitas penumpang, terutama di ibukota.
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat, total pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuterline selama sepekan PPKM, 11 - 17 Januari 2021 turun 3% menjadi 2,29 juta orang dibandingkan sebelum penerapan PPKM sebanyak 2,37 juta orang antara 4-10 Januari.
“Selama PPKM pula, KCI mengoperasikan perjalanan KRL sebanyak 964 perjalanan per hari. Jam operasional pun hanya pukul 04.00 – 22.00 WIB,” ujar VP Corporate Secretary KCI Anne Purba kepada Katadata.co.id, Senin (18/1).
Penurunan volume penumpang KRL terpadat terjadi pada jam-jam sibuk, yakni pukul 07.00 - 08.00 WIB, khususnya di stasiun-stasiun yang menuju arah Jakarta, dan pada sore hari pukul 17.00 - 18.00 WIB. Anne menyebutkan pada waktu ini, volume penumpang juga mengalami penurunan.
“Commuterline juga memberlakukan pembatasan jumlah pengguna di setiap perjalanan. Per hari, kuota penumpang hanya 74 orang per kereta. Ini upaya perusahaan dalam menciptakan physical distancing di seluruh rute perjalanan KRL,” kata dia.
Untuk mengantisipasi kepadatan penumpang, pihaknya pun mengajak pengguna untuk memanfaatkan aplikasi KRL Access. Anne menyebutkan, dengan aplikasi ini penumpang dapat melihat jadwal, posisi real time kereta, serta kondisi antrean di stasiun.
Sehingga, diharapkan kepadatan dapat terminimalisir dan social distancing dapat diterapkan secara optimal. “Petugas kami pun secara rutin memebrsihkan sarana kereta, serta melakukan penyemprotan disinfektan ketika kereta selesai berdinas,” ujar dia.
Sementara itu jumlah penumpang moda raya terpadu (MRT) Jakarta juga turun selama sepekan PPKM. Dihubungi terpisah, Kepala Departemen Corporate Communication PT MRT Jakarta Ahmad Pratomo mengatakan, rata-rata jumlah penumpang MRT selama sepekan PPKM tercatat 13.706 orang per hari.
Jumlah tersebut turun 9,2% dari 15.097 penumpang sebelum PPKM. “Jika dibandingkan dengan PSBB, trennya cenderung sama,” ujar Ahmad kepada Katadata.co.id, Senin (18/1).
Pada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebelumnya, jumlah penumpang MRT Jakarta turun signifikan, terutama pada April dan Mei 2020. Selengkapnya bisa disimak pada databoks berikut:
Dia melanjutkan, waktu rata-rata kepadatan terjadi pada pukul 07.00 – 09.00 WIB, dan pukul 17.00 – 19.00 WIB. Menurutnya, waktu ini merupakan peak hours sehingga menyebabkan aktivitas masyarakat cenderung tinggi.
Kendati mengalami penurunan jumlah penumpang, Ahmad mengatakan pihaknya terus menerapkan protokol kesehatan di lingkungan MRT Jakarta. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah serta langkah dalam memutus rantai penyebaran virus corona.
“Penerapan 3M Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan turut dijalankan dengan baik oleh seluruh pengguna kami,” kata dia.
Penurunan jumlah penumpang juga dirasakan oleh maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. Menurut Direktur Utama Irfan Setiaputra, keterisian pesawat mengalami penurunan dibandingkan sebelum adanya PPKM, Irfan tidak memerinci lebih jauh berapa besar penurunannya.
“Penurunan penumpang juga disebabkan oleh low season. Artinya, masyarakat yang berlibur di bulan ini cenderung rendah,” ujar Direktur Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
Ia pun menyebutkan, sejak PPKM berlangsung, masyarakat cenderung menahan diri untuk tidak bepergian. Hal itu sejalan dengan pembatasan yang dilakukan, serta adanya rasa khawatir. “Meski begitu, Garuda Indonesia berkomitmen untuk menjalankan distancing di dalam pesawat kami,” ujar dia.
Sepekan PPKM, Jumlah Kasus Baru Terus Meningkat
Sebagaimana diketahui, dalam memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19, pemerintah sepakat untuk membatasi aktivitas masyarakat. Karenanya, PPKM diberlakukan selama dua pekan di Pulau Jawa – Pulau Bali.
Dalam mengoptimalkan PPKM, terdapat beberapa aktivitas yang dibatasi. Beberapa diantaranya membatasi kapasitas tempat kerja, dengan menerapkan Work From Home (WFH) 75%, serta kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
Tak hanya itu, kapasitas untuk makan/minum di restoran hanya 25% sesuai dengan jam operasional restoran, jam operasional pusat perbelanjaan dibatasi hingga pukul 19.00 WIB, serta pembatasan kapasitas di tempat ibadah sebesar 50%.
Meski demikian, jumlah kasus baru sepekan terakhir masih terus meningkat, bahkan mencatatkan rekor baru harian tertinggi pada 16 Januari 2021 dengan lebih dari 14 ribu kasus baru dalam sehari. Dapat disimak pada databoks berikut