Pasokan Listrik Berlebih, RI akan Ekspor ke Malaysia dan Singapura
Pemerintah berupaya untuk dapat mengekspor listrik ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini dilakukan guna mengatasi persoalan pasokan listrik yang berlebih di dalam negeri.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan ekspor listrik ke Malaysia dan Singapura sangat bergantung pada interkoneksi sistem kelistrikan yang saat ini tengah dibangun. Adapun interkoneksi Sumatera ke Malaysia dijadwalkan dapat mulai beroperasi secara komersil (commercial operation date/COD) pada 2030.
"Sedangkan interkoneksi dari Sumatera ke Singapura sedang dilakukan kajian dalam rangka mengekspor energi listrik bersih ke Singapura," ujar Arifin dalam Webinar Diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa (5/10).
Dia menambahkan bahwa pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan memerlukan sinergi PLN dan seluruh stakeholders. Pihak Swasta, badan usaha pengembang/IPP dan Lembaga Pendanaan memiliki peran penting dalam mendukung penyediaan kebutuhan investasi yang sangat besar dalam mewujudkan instalasi ketenagalistrikan yang aman, andal dan ramah lingkungan.
Untuk itu, ia menghimbau kepada seluruh stakeholders untuk saling bersinergi, bahu membahu mewujudkan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, ramah lingkungan, dan lebih hijau sesuai RUPTL PLN 2021-2030. Simak databoks berikut:
"Kami juga imbau agar PLN dapat melaksanakan RUPTL ini sesuai dengan rencana, akan sia-sia jika RUPTL yang telah disepakati bersama, tidak dilanjutkan ke tahap pengadaan dan direalisasikan," katanya.
Sebelumnya Kementerian ESDM menyatakan tengah mengkaji dan menjajaki potensi ekspor listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) ke Singapura. Hal ini menyusul rencana perusahaan asal Australia, Sun Cable, membangun kabel bawah laut melalui perairan Indonesia.
Kabel bawah laut tersebut akan digunakan untuk mengekspor dan menghantarkan listrik yang bersumber dari EBT di Australia ke Singapura. Untuk rencana tersebut, Sun Cable akan berinvestasi sebesar US$ 2,58 miliar atau sekitar Rp 37 triliun di Indonesia.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Chrisnawan Anditya mengatakan bahwa pemerintah terbuka bagi semua pihak maupun negara yang akan berinvestasi di Indonesia, khususnya di bidang energi terbarukan, asalkan dapat bermanfaat dan berdampak positif terhadap pengembangan EBT, serta ekonomi hijau di Indonesia.
Namun pemerintah juga melihat peluang yang sama untuk mengekspor listrik ke Singapura. Mengingat potensi EBT di dalam negeri jumlahnya masih cukup melimpah.
"Indonesia juga berlimpah dengan potensi EBT yang siap untuk dikembangkan dan ditawarkan kepada semua pihak dan negara lain. Saat ini tengah dijajaki dan dikaji potensi mengekspor listrik EBT ke Singapura," kata Chrisnawan.
Dia mengklaim bahwa rencana ekspor listrik tersebut tak ada kaitannya dengan investasi Sun Cable di Indoensia. Pemerintah akan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk menyuplai kebutuhan listrik di Singapura.
Pasalnya, potensi pasar listrik bersih di Singapura cukup menjanjikan. Dengan luas lahan yang terbatas untuk membangun pembangkit listrik EBT, impor listrik menjadi salah satu opsi untuk memenuhi kebutuhan energi bersih Singapura.