Dua Konsorsium Berebut Kontrak EPC Proyek Olefin di Kilang TPPI Tuban
Pertamina menandatangani beberapa kontrak pekerjaan untuk pembangunan fasilitas produksi olefin dan aromatik di kawasan kilang TPPI (Trans Pacific Petrochemical Indotama), Tuban, mulai basic engineering design package (BEDP), front end engineering design (FEED), dan engineering, procurement & construction (EPC).
Pengerjaan desain tersebut melibatkan dua konsorsium kontraktor yakni HRES (Hyundai Engineering Co., Ltd., PT Rekayasa Industri, PT Enviromate Technology International And Saipem S.p.A), dan Konsorsium TTTS (Technip Italy S.p.A, PT Technip Indonesia, PT Tripatra Engineers And Constructors, Samsung Engineering Co., Ltd).
Corporate Secretary PT KPI, Ifki Sukarya menjelaskan proses tender dilaksanakan menggunakan strategi design build competition (DBC) sesuai Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Proyek Kilang Pengolahan dan/atau Petrokimia No. A05-001/V10200/2020 dan dokumen pengadaan yang telah disampaikan pada tahap tender.
"Durasi pelaksanaan Kontrak DBC adalah 270 hari kalender. Sesuai strategi DBC setelah nantinya kedua kontraktor menyelesaikan pekerjaan lingkup kontrak DBC, kemudian akan dilanjutkan berkompetisi untuk pemenang pelaksana lingkup EPC," kata Ifki dalam keterangan tertulis, Selasa (14/12).
Proyek Olefin Complex Development Project TPPI Tuban sendiri merupakan proyek di lingkungan PT Kilang Pertamina Internasional. Terutama yang akan dibangun dan terdiri dari Unit Naphta Cracker, LDPE, HDPE/LLDPE dan PP/HIPP.
TPPI saat ini tengah memproses pembangunan fasilitas produksi Olefin dan Aromatik atau dikenal dengan Olefin Complex Development Project (OCDP) di kawasan kilang TPPI, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Di TPPI terdapat dua proyek pengembangan dan pembangunan yang saat ini sedang dilaksanakan Pertamina. Pertama, proyek Revamping Aromatic yang akan meningkatkan produksi petrokimia berupa Paraxylene dari 600 ribu ton menjadi 780 ribu ton per tahun yang ditargetkan selesai pada 2022.
Kedua, Proyek New Olefin yang mencakup pembangunan Naphtha Cracker, termasuk unit-unit downstream dengan produk Polyethylene (PE) sebesar 1 juta ton per tahun dan Polypropylene (PP) 600 ribu ton per tahun yang ditargetkan selesai pada tahun 2024.
"Melalui Subholding Refinery & Petrochemical mengundang secara terbuka perusahaan kelas dunia yang berpengalaman dalam pembangunan Olefin dan Petrokimia untuk menjadi mitra strategis," kata Ifki.
Seperti diketahui kilang petrokimia TPPI Tuban sempat disentil oleh Presiden Joko Widodo, karena progresnya yang lambat. Padahal proyek tersebut sudah ada sejak ia dilantik sebagai presiden pada 2014.
Jokowi pun mengaku sempat membentak Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati karena dianggap lambat mengeksekusi proyek tersebut, padahal nilai investasinya sangat besar hingga US$ 3,8 miliar.
“TPPI sudah bertahun-tahun belum jalan juga, padahal setelah saya dilantik 2014, saya langsung ke TPPI karena saya tahu barang ini kalau bisa jalan akan menyelesaikan banyak hal,” ujarnya di hadapan komisaris dan direksi Pertamina dan PLN di Istana Negara, beberapa waktu lalu.