Pemeliharaan Pipa Nord Stream 1 Rampung, Gas Kembali Mengalir ke Eropa
Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom, dijadwalkan akan kembali mengalirkan gas ke kawasan Eropa setelah pemeliharaan pipa Nord Stream 1 yang berlangsung selama 10 hari selesai, Kamis (21/7) besok. Pipa ini merupakan salah satu rute utama pengiriman gas dari Rusia ke Benua Biru
Seorang sumber anonim mengatakan bahwa pipa NS1 akan melanjutkan operasi tepat waktu, namun volume gas yang dialirkan di bawah kapasitas maksimal sekitar 160 juta meter kubik (mcm) per hari.
Dengan demikian, kekhawatiran Jerman dan negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya bahwa Rusia mungkin akan mematikan aliran gas untuk seterusnya setelah pemeliharaan pipa Nord Stream 1 selama 10 hari selesai sebagai balasan sanksi atas perang di Ukraina, tidak terbukti.
“Mereka (Gazprom) akan kembali melanjutkan pengiriman gas ke level sebelum 11 Juli,” kata salah satu sumber terkait volume gas yang akan kembali dialirkan via rute NS1 mulai Kamis, seperti dikutip Reuters, Rabu (20/7).
Dalam beberapa bulan terakhir Gazprom memangkas ekspor gas melalui rute tersebut hingga hanya 40% dari total kapasitas, dengan alasan penundaan pengembalian turbin yang diperbaiki oleh Siemens Energy di Kanada.
Namun hal tersebut dibantah oleh Kementerian Energi Jerman yang mengatakan bahwa turbin tersebut dijadwalkan untuk dipakai pada operasional pada September mendatang. Sehingga penundaannya tidak dapat menjadi alasan Rusia mengurangi volume pengirimannya.
Rusia, yang merupakan eksportir gas alam terbesar dan pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia, dituding menjadikan pasokan energinya sebagai senjata dalam menghadapi sanksi dari negara-negara barat.
Kremlin membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa mereka telah menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan. Namun dalam sebuah surat tertanggal 14 Juli, Gazprom mengatakan secara surut menyatakan kondisi kahar atau force majeure atas pasokan gas mulai 14 Juni.
Klausul ini berarti Gazprom tidak dapat menjamin pengiriman gas kepada konsumennya di Eropa karena “keadaan luar biasa”. Ini diduga terkait dengan penundaan pengembalian turbin yang disebut vital bagi operasional pipa Nord Stream 1.
Surat kabar Kommersant pada Senin (18/7) melaporkan bahwa Kanada telah mengirim turbin tersebut ke Jerman dengan pesawat pada 17 Juli setelah pekerjaan perbaikan selesai. Namun seorang sumber mengatakan bahwa turbin tersebut tidak mungkin segera dipasang kembali pada 21 Juli.
Sebelumnya Jerman dan negara-negara Uni Eropa bersiap jika Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan kesempatan pemeliharaan 10 hari pipa Nord Stream 1 untuk mematikan aliran gas untuk seterusnya sebagai balasan atas berbagai sanksi yang dijatuhkan atas perang di Ukraina.
Jika itu terjadi, maka pemerintah Jerman yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz akan menyatakan kondisi darurat yang disertai dengan penjatahan energi bagi industri dan pemberian bailout atau dana talangan untuk perusahaan. Konsekuensinya, Jerman akan jatuh ke dalam jurang resesi dan menciptakan efek berantai ke perekonomian global.
“Apakah kami khawatir? Ya, kami sangat khawatir. Sangat naif untuk tidak khawatir,” kata CEO raksasa industri kimia Jerman, Evonik Industries AG, Christian Kullmann, seperti dikutip Bloomberg pada Sabtu (9/7).
Mengingat ketergantungan Jerman yang sangat tinggi terhadap pasokan gas Rusia dan kurangnya alternatif yang layak untuk mencari pasokan pengganti dalam jangka pendek, Putin berpeluang besar untuk menghancurkan perekonomian Eropa sebagai balasan atas sanksi.