Pelemahan Dolar Dorong Kebangkitan Harga Minyak 3% ke US$ 97 per Barel
Pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia mendorong kebangkitan harga minyak mentah pada perdagangan Jumat (4/11) sore waktu Indonesia. Meski demikian kekhawatiran resesi ekonomi global dan wabah Covid-19 Cina masih tetap membebani prospek harga.
Minyak mentah berjangka Brent naik 3% ke level US$ 97,51 per barel dibandingkan sesi sebelumnya. Sedangkan minyak Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) naik 3,31% menjadi US$ 91,09 per barel.
Nilai tukar dolar yang melemah meningkatkan permintaan minyak karena membuat komoditas ini menjadi lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya. Sementara kekhawatiran membebani pasar, pasokan masih diperkirakan ketat menjelang embargo Eropa terhadap minyak Rusia.
“Prospek makro yang semakin suram mnjadi tantangan kuat ke pasar minyak dan tanpa pengurangan pasokan yang diumumkan oleh OPEC+ pada Oktober lalu, kami kemungkinan akan mentransaksikan minyak pada level yang jauh lebih rendah,” kata Kepala Analis Komoditas ING, Warren Patterson, seperti dikutip Reuters.
Pemangkasan produksi oleh OPEC+ telah menciptakan sedikit stabilitas di pasar dalam jangka panjang, meski diperkirakan tidak akan bertahan lama seiring dengan embargo Eropa terhadap minyak mentah Rusia mulai bulan Desember, dan mulai Februari untuk produk minyak olahan.
Kekhawatiran resesi di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, tumbuh pada hari Kamis setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan "sangat prematur" untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.
“Momok kenaikan suku bunga lebih lanjut meredupkan harapan kenaikan permintaan,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Bank of England memperingatkan pada hari Kamis bahwa menurutnya Inggris telah memasuki resesi dan ekonomi mungkin tidak akan tumbuh selama dua tahun lagi.
Analis ANZ menunjukkan tanda-tanda permintaan yang lebih lemah di Eropa dan Amerika Serikat dengan orang-orang yang mengemudi lebih sedikit dan Amazon memperingatkan penjualan yang lebih lemah, yang dapat mengurangi permintaan untuk sulingan.
Menggarisbawahi kekhawatiran permintaan, Arab Saudi menurunkan harga jual resmi (OSP) Desember untuk minyak mentah Arab Light andalannya ke Asia sebesar 40 sen menjadi premium US$ 5,45 per barel versus rata-rata Oman/Dubai.
Pemotongan itu sejalan dengan perkiraan sumber perdagangan, yang didasarkan pada prospek permintaan Cina yang lebih lemah. Negara itu berpegang teguh pada pembatasan COVID-19 yang ketat ketika kasus meningkat pada hari Kamis ke level tertinggi sejak Agustus.