Kementerian ESDM Klaim Pengembangan PLTS Skala Besar Semakin Murah

Image title
2 Agustus 2021, 19:36
plts, kementerian esdm,
ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/aww.
Petugas mengecek panel surya di Kampung Wejim Timur, Distrik Kepulauan Sembilan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (3/2/2021).

Kementerian ESDM menyebut pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar saat ini sudah mulai kompetitif dari segi harga. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pengerjaan proyek dengan skala besar yang saat ini sedang berlangsung.

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan teknologi PLTS saat ini telah berkembang pesat. Bahkan dari sisi harga, pembangkit ini sudah semakin murah dan dapat bersaing dengan pembangkit listrik lainnya termasuk dari energi fosil.

Salah satunya yakni PLTS Cirata dengan kapasitas jumbo yang siap dibangun. Adapun PLTS ini disebut-sebut akan menjadi PLTS terapung terbesar di ASEAN berkapasitas 145 MW dengan harga jual listrik yang sangat kompetitif dengan harga listriknya mencapai US$ 5,8 sen per kilowatt hour (kWh).

"Misalkan untuk PLTS Terapung Cirata harganya US$ 5,8 sen, hasil market sounding untuk danau Singkarak dan Saguling bahkan sudah di bawah US$ 4 sen," kata Dadan kepada Katadata.co.id, Senin (2/8).

Oleh karena itu, ia optimis pengembangan PLTS semakin hari akan semakin ekonomis. Demikian juga dengan pola hybrid yang menggunakan baterai pada wilayah-wilayah timur yang berbasis pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

"Dengan pola hybrid menggunakan baterai pun pada wilayah-wilayah timur yang berbasis PLTD akan lebih kompetitif," katanya.

Beberapa waktu lalu, PLN juga menilai harga listrik dari energi matahari semakin murah dari tahun ke tahun. Apabila dibandingkan dengan listrik dari pembangkit tenaga uap atau PLTU berbahan bakar batu bara, harganya kini jauh lebih rendah.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut, satu dekade lalu perusahaan mengeluarkan US$ 30 sen per kilowatt hour (kWh) untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tanpa baterai. Sedangkan listrik dari PLTU berkisar di angka US$ 5,5 sen per kWh.

Saat ini harga listrik PLTS tanpa baterai telah mendekati US$ 3,5 sen hingga US$ 3,6 sen per kWh. Dari PLTU, angkanya US$ 5,5 sen hingga US$ 6 sen per kWh.

Namun, untuk PLTS yang memakai baterai harganya memang belum ekonomis. “Masih lebih mahal US$ 12 sen sampai US$ 15 sen dibandingkan PLTU,” ujarnya dalam webinar Siapkah Indonesia Tanpa Energi Fosil, beberapa waktu lalu.

Meski begitu dengan inovasi akan terus berlanjut. Ia optimistis harga listrik dari energi baru terbarukan atau EBT dapat lebih murah. PLN juga memiliki program konversi pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD ke PLTS. Ada sekitar 5.200 unit pembangkit yang terletak di 2.130 lokasi seluruh Indonesia mengikuti program tersebut.

Sebelumnya, guna menggenjot porsi bauran EBT di Indonesia, pemerintah juga pernah mewacanakan untuk program pengalihan dana subsidi listrik, yang selama ini diterima masyarakat, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Bila terealisasi, pemerintah tidak perlu lagi memberikan tambahan subsidi listrik yang selama ini membebani keuangan negara. Penggunaan PLTS Atap juga dinilai bakal berdampak pada biaya yang dikeluarkan PLN dalam memproduksi listrik.

Rencananya, pembangkit yang berasal dari dana tersebut diperuntukan bagi rumah-rumah pelanggan listrik bersubsidi. Targetnya, konsumsi listrik pelanggan bersubsidi berkurang yang tergantikan dari PLTS atap.

Harris selaku Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM waktu itu, pernah menyebutkan pemerintah tengah menyiapkan konsep guna merealisasikan rencana tersebut.

Upaya ini sebagai langkah mengejar target bauran energi terbarukan 23% pada 2025. “Kami coba menyisihkan atau memindahkan peruntukkan subsidi ke PLTS atap,” kata Harris pada September tahun lalu.

Namun saat dikonfirmasi kembali mengenai hal tersebut, menurut Dadan program PLTS Atap diarahkan untuk konsumen Listrik PLN dan wilayah usaha non PLN. Sehingga tidak dapat menggunakan pengalihan subsidi listrik.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...