Minat Investasi Meningkat di Masa PSBB, Investor Milenial Mendominasi
Pandemi corona yang melanda Indonesia tidak mengurangi minat masyarakat untuk berinvestasi. Hal ini terbukti dari jumlah investor pasar modal terus bertambah sepanjang semester I tahun ini.
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada enam bulan pertama tahun ini jumlah investor pasar modal meningkat 17,55% menjadi total 2,92 juta. Sedangkan investor reksadana meningkat 23,47% menjadi 2,19 juta investor.
Pengamat pasar modal Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan bahwa peningkatan jumlah investor di pasar modal disebabkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Alhasil masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah untuk mencegah penularan virus corona atau covid-19.
Di sisi lain, investasi di pasar modal dianggap sebagai alternatif pilihan selama aktivitas sosial dibatasi. “Ada fenomena menarik Mei dan Juni atau selama pandemi, pertumbuhan inveestor meningkat,” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (30/7).
Menariknya, data KSEI menunjukkan bahwa semakin banyak investor ritel dan generasi milenial atau yang berusia di bawah 40 tahun.
Dari sisi pemilik Single Investor Identification atau SID pasar modal yang jumlahnya mencapai 2.92 juta investor, sekitar 99,09 % di antaranya merupakan investor lokal dan 0,91% investor asing. Sedangkan 98,94% merupakan investor individu atau ritel dan hanya 1,06 % merupakan investor institusi.
Dari sisi usia, investor di pasar modal berusia 18-40 tahun mendominasi dengan presentase sebesar 70,03%. Adapun kelompok usia ini menguasai portofolio senilai Rp 44,01 triliun. Selanjutnya, kelompok usia 41-50 sebesar 15,82% dengan total portofolio Rp 69,22 triliun.
Lalu, investor kelompok usia 50-60 tahun porsinya 9,24% dengan portofolio senilai Rp 87,24 triliun, dan kelompok usia 60 tahun ke atas porsinya hanya 4,63%, namun total portofolionya mencapai Rp 216,26 triliun hingga Juni 2020.
Sedangkan dari sisi pekerjaan, investor di pasar modal didominasi oleh profesi pegawai negeri, pegawai swasta dan guru yang mencangkup 53,42% dengan portofolio sebesar Rp 132,32 triliun. Disusul pelajar sebesar 19,50% dengan nilai portofolio Rp 2,81 triliun.
Kemudian, investor dari kalangan pengusaha 11,16% dengan nilai portofolio Rp 116,73 triliun. Sementara, ibu rumah tangga porsinya 3,47% dengan portofolio Rp 24,54 triliun, dan 12,45% sisanya dari profesi lainnya dengan nilai portofolio sebesar Rp 127,07 triliun.
Budi pun mengapresiasi kinerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mensosialisasikan dan mengedukasi para investor pemula, terutama dari kalangan kelompok usia pelajar dan generasi milenial.
Itu sebabnya, dia optimistis investor saham baru di pasar modal akan tumbuh lebih dari 20% hingga akhir tahun ini. “Jadi semuanya menggembirakan, edukasi OJK dan BEI sudah membuahkan hasil. Trennya meningkat,” ujarnya.
Meski investor kalangan muda portofolionya masih sangat rendah dibandingkan kelompok usia di atas 50 tahun, menurutnya, kondisi tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab kondisi yang sama juga terjadi pada dana pihak ketiga (DPK) perbankan. “Ini tidak hanya terjadi pasar modal, tapi juga terjadi di perbankan,” katanya.