Pupuk Kaltim Jajaki Peluang IPO untuk Danai Proyek Strategis Rp 36 T
PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) mempertimbangkan untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di pasar modal sebagai salah satu opsi pendanaan untuk membiayai proyek-proyek strategisnya selama lima tahun ke depan.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan bahwa dalam lima tahun ke depan, perusahaan membutuhkan investasi sekitar US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 36,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.430 per dolar).
“Untuk tahun ini belanja modal kami sekitar Rp 250 miliar. Tapi lima tahun ke depan investasi kita cukup besar, mencapai US$ 2,5 miliar (sekitar Rp 36,1 triliun), jadi butuh pendanaan yang besar,” kata Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dalam wawancara terbatas bersama media, Minggu (21/3).
Dia menyebutkan, sebagian besar kebutuhan tersebut, yakni sekitar US$ 2 miliar, akan digunakan untuk membangun pabrik pupuk baru di kawasan industri petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Pabrik ini akan memproduksi pupuk amonia-urea dengan kapasitas 1,1 juta ton per tahun, dan metanol dengan kapasitas produksi 1 juta ton. Menurut Rahmad proyek ini masih di tahap awal dan masih diskusi intensif dengan produsen gas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Rahmad menyampaikan, persiapan lahan akan dilakukan tahun 2022 untuk selanjutnya rekonstruksi pabrik pada 2023. "Jika sesuai rencana, maka pabrik tersebut bisa mulai beroperasi pada 2026," ujarnya.
Menurut Rahmad, Pupuk Kaltim akan memproduksi sendiri urea dan amonia di pabrik tersebut, sementara produksi metanol masih mempertimbangkan untuk kebutuhan mencari mitra.
Sedangkan sekitar US$ 500 juta akan digunakan untuk proyek di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek tersebut terdiri dari pembangunan pabrik soda ash dan oleum chemical yang berbasis pada turunan kelapa sawit.
Kemudian menyelesaikan pembangunan pabrik amonium nitrat untuk bahan peledak, revamping dan modernisasi pabrik-pabrik tua agar lebih efisien serta meningkatkan produktivitasnya.
Dengan rencana ekspansi yang cukup agresif selama lima tahun ke depan ini, Pupuk Kaltim membutuhkan pendanaan dan investasi yang cukup besar. Meski demikian, Rahmad mengatakan bahwa pihaknya saat ini melirik berbagai opsi pendanaan, mulai dari utang, hingga ekuitas melalui IPO.
“Kami tidak mau terkunci dari satu cara saja. IPO salah satu opsi pendanaan yang patut kami jajaki, dan masih kami jajaki,” kata dia.
Dia mengatakan bahwa saat ini kondisi keuangan perusahaan sangat baik, dan hampir tidak memiliki utang, kecuali utang obligasi yang akan segera jatuh tempo senilai hampir Rp 1 triliun. Meski demikian utang tersebut dapat diselesaikan dengan likuiditas yang dimiliki perusahaan saat ini.
Apalagi saat ini perusahaan didukung dengan ekuitas sebesar Rp 22 triliun, sehingga masih mampu membiayai proyek-proyeknya yang membutuhkan investasi hampir Rp 40 triliun melalui utang.
“Dengan struktur finansial seperti itu kami untuk mempunyai multiple funding sources. Sebenarnya dari buku kita sendiri kalau full debt juga kuat. IPO tetap kami pertimbangkan sebagai salah satu opsi pendanaan, tapi bukan satu-satunya yang ada di atas meja kami sekarang,” tuturnya.