Evergrande Jual Saham Bank Shengjing Rp 21 Triliun untuk Bayar Utang
China Evergrande Group terus melakukan sejumlah upaya untuk mencari dana segar untuk mengatasi krisis utang yang tengah mereka hadapi. Raksasa properti Cina ini berencana menjual saham miliknya di Shengjing Bank Co. Ltd. yang nilainya mencapai 9,99 miliar yuan atau sekitar Rp 21,4 triliun.
Nilai tersebut setara dengan 1,75 miliar saham, atau 19,93% dari modal saham yang disetorkan bank. Tiap lembar saham akan dijual seharga 5,70 yuan atau Rp 81.185 (kurs Rp 14.243 per yuan), kepada Shenyang Shengjing Finance Investment Group Co.Ltd.
Dengan penjualan ini, saham milik Evergrande di bank tersebut akan berkurang dari sebelumnya 34,5% menjadi 14,75%. Sedangkan kepemilikan saham Shenyang Shengjing di bank tersebut akan meningkat menjadi 20,79% dan menjadi pemegang saham mayoritas.
“Shengyang Shengjing merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang manajemen modal dan aset,” tulis pernyataan China Evergrande dalam dokumen pengajuan penjualan saham di Bursa Efek Hong Kong, seperti dikutip Reuters, Rabu (29/9).
Chairman Evergrande Hui Ka Yan mengatakan bahwa masalah likuiditas yang dihadapi grup properti ini telah mempengaruhi Bank secara material lantaran porsi sahamnya yang cukup besar.
Dia menambahkan bahwa masuknya Shenyang Shengjing sebagai perusahaan milik negara akan menstabilkan operasi bank Shengjing dan pada saat yang sama membantu meningkatkan dan mempertahankan 14,75% saham yang dimiliki Evergrande.
“Bank Shengjing menuntut agar semua hasil bersih dari penjualan saham digunakan untuk menyelesaikan kewajiban keuangan Evergrande karena keterkaitannya dengan Bank Shengjing,” kata Hui Ka Yan.
Pemerintah Cina mendorong perusahaan milik pemerintah dan pengembang properti yang didukung negara untuk membeli aset China Evergrande Group untuk membantu mengatasi krisis utangnya.
Setelah melewati tenggat pembayaran bunga obligasi pada minggu lalu, Evergrande sudah dihadapkan dengan tenggat waktu pembayaran kupon obligasi lainnya sebesar US$ 47,5 juta atau lebih Rp 676,5 miliar.
Adapun total utang Evergrande mencapai lebih dari US$ 300 miliar atau lebih dari Rp 2.400 triliun. Angka tersebut mendekati nilai produk domestik bruto (PDB) negara Filipina pada 2020 yang sekitar US$ 361,5 miliar.
Potensi gagal bayar utang senilai lebih dari US$ 300 miliar pemilik perusahaan properti asal Cina, Evergrande Group memengaruhi bursa saham. Tren saham Evergrande terpantau cenderung menurun. Simak databoks berikut:
Mengutip Reuters, pihak Evergrande Group akan mengadakan pertemuan internal pada 22 September 2021 malam. Ini untuk mendesak para eksekutif perusahaan untuk memastikan kualitas properti dan penebusan produk manajemen kekayaan.
Kemudian, saham Evergrande ditutup menguat ke level HK$ 2,67 pada 23 September 2021 dari perdagangan hari sebelumnya yang sebesar HK$ 2,27. Namun pada perdagangan hari ini, 24 September 2021, saham Evergrande ditutup melemah kembali ke level HK$ 2,6.
Penurunan harga saham Evergrande juga berdampak terhadap pergerakan pasar saham tanah air. Jika Evergrande gagal bayar, maka investor asing akan menyesuaikan kembali portofolio kepemilikan saham di bursa efek Indonesia.
Kendati demikian, diperkirakan dampaknya tidak separah kasus gagal bayar Subprime Mortgage Lehman Brothers. Pasalnya, pemerintah Tiongkok akan turun tangan memberikan jaminan.