IEA: Ini Syarat Agar Net Zero Emission Global pada 2050 Bisa Tercapai

Nadya Zahira
29 September 2023, 13:23
International Energy Agency (IEA) menyatakan salah satu syarat untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050 adalah dengan meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan sebesar tiga kali lipat.
Dok. PT Pertamina International Shipping (PIS)
International Energy Agency (IEA) menyatakan salah satu syarat untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050 adalah dengan meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan sebesar tiga kali lipat.

Sejumlah negara telah berkomitmen dan bekerja sama untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi bersih global pada 2050. International Energy Agency (IEA) menyatakan ada beberapa syarat yang harus dilakukan agar bisa mencapai target tersebut. 

Syarat-syarat tersebut mencakup pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan gas rumah kaca (GRK) terutama metana, secara cepat dan mendalam pada tahun 2030. IEA mengatakan, jika dunia menunda pengurangan tersebut maka target nol emisi bersih menjadi tidak mungkin tercapai. 

“Pengurangan emisi itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi dan opsi mitigasi yang sudah tersedia,” tulis IEA dalam laporannya, dikutip Jumat (29/9).

Selain itu, berdasarkan laporan IEA, syarat lainnya untuk bisa mencapai NZE global pada 2050 adalah dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan hingga tiga kali lipat, meningkatkan intensitas energi hingga dua kali lipat, peningkatan elektrifikasi yang tajam, dan penurunan emisi gas metana sektor energi hingga tiga perempatnya. 

Syarat selanjutnya adalah adanya transisi yang teratur di sektor energi. Hal ini termasuk memastikan keamanan pasokan bahan bakar dan listrik setiap saat, meminimalkan aset-aset yang terbengkalai jika memungkinkan, serta menghindari volatilitas di pasar energi. 

Jika syarat-syarat tersebut bisa dilakukan, IEA memprediksi kapasitas energi terbarukan dan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi terbarukan akan naik hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Hal tersebut juga akan memberikan kontribusi terbesar dalam upaya mengurangi emisi CO2 global pada tahun 2030. 

IEA menilai penggunaan teknologi berbasis transisi energi  nantinya akan meningkat signifikan. Seperti kapasitas energi baru terbarukan (EBT) global yang melonjak dari 3.630 Gigawatt (GW) pada 2022 menjadi 11.000 GW pada tahun 2030, dipimpin oleh tenaga surya fotovoltaik (PV) dan angin.

“Tetapi, meningkatnya kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat itu membutuhkan penambahan kapasitas tahunan sebesar 336 GW pada tahun 2022 menjadi lebih dari 1.250 GW pada tahun 2030, atau meningkat rata-rata sebesar 18% per tahun,” ujar IEA.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...