Candi Borobudur dan Fenomena Double Edge Sword Effect

Luki Safriana
Oleh Luki Safriana
21 April 2021, 13:36
Luki Safriana
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Sejumlah wisatawan berada di lapangan Kenari kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jateng, Minggu (18/4/2021). Menghadapi libur Lebaran 2021, pihak TWC Borobudur telah melayangkan surat permohonan penambahan kuota pengunjung kepada gugus tugas penanganan COVID-19 dari 4.000 orang menjadi 10.000 orang.

Dengan 13 kali lebih banyak daya tampung penumpang di terminal Yogyakarta, jumlah wisatawan berpotensi bertambah setidaknya tiga kali lipat dari sebelumnya. Dengan adanya kereta api menuju bandara yang telah beroperasi, diprediksi turis lokal pun akan terus menguat jumlahnya.

Masa Depan dan Potensi Situs Warisan Budaya

Candi Borobudur memang unik, ikonik dan monumental. Bangunan warisan budaya dunia tersebut telah dua kali dipugar yakni, pemugaran I (1907-1911) oleh Theodoor Van Erp dan pemugaran II (1973-1983) oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO. Melansir situs resmi Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kondisi candi Buddha terbesar di dunia itu memprihatinkan sejak tahun 1960-an, sehingga pemugaran yang telah dilakukan dua kali adalah suatu bentuk usaha yang patut diapresiasi pada era Presiden Soeharto.

Pengelolaan situs warisan budaya dunia seperti Candi Borobodur menjadi pelajaran yang penting. Hal ini diharapkan dapat menginspirasi manajemen pengelola aset budaya lainnya agar memperhatikan kapasitas jumlah wisatawan dan jadwal kunjungan untuk menghindari kerusakan aset budaya tersebut.

Salah satu solusi yang kini mulai intensif dihadirkan untuk mengatasi “pertambahan drastis” jumlah wisatawan adalah dengan sistem “pecah ombak”. Dimana terdapat proses distribusi wisatawan agar tidak berpusat pada satu titik area kunjungan. Sementara itu, Pemerintah Daerah masih terus mematangkan konsep yang dinamakan “Bedah Menoreh” tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Prasetya Aribowo, menjelaskan bahwa konsep tersebut akan menjadi kawasan wisata pendukung Candi Borobudur dan sekitarnya di kemudian hari. Kawasan ini mencakup tiga daerah yaitu Kecamatan Bener, Kecamatan Salaman, dan Tritis.

Hal yang terjadi pada Candi Borobudur saat ini sangat mungkin terjadi pada situs warisan budaya dunia lainnya. Pola promosi Candi Borobudur memiliki potensi yang positif dan dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja yang signifikan.

Suksesnya penyelenggaraan Borobodur Marathon menjadi salah satu potensi yang dapat mendongkrak hadirnya wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang. Penegasan betapa pentingnya sinergi solidaritas yang kuat antara pemerintah daerah setempat, Kemendikbud, Kemenparekraf, PUPR dan masyarakat adalah kunci utama agar double edge sword effect tidak menjadi bumerang bagi pengelolaan situs warisan budaya terkait.

Inilah saat yang tepat bagi bangsa Indonesia mengambil tanggung jawab dari mandat leluhur untuk menjaga warisan budayanya. Tanggung jawab ditempuh agar terjaganya kelestarian untuk anak, cucu dan kehidupan berikutnya.

Selamat Hari Warisan Budaya Sedunia 2021

Halaman:
Luki Safriana
Luki Safriana
Pengajar Paruh Waktu Prodi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, Mahasiswa Doktoral PSL-IPB University

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...