Pemulihan Lapisan Ozon Turut Meredam Emisi CO2 di Atmosfer

Paul Young
Oleh Paul Young
18 September 2021, 09:30
Paul Young
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ilustrasi karbon, CO2

Sedangkan dalam simulasi kedua, tingkat CFC di dunia berhasil dikendalikan dan lapisan ozon pulih. Kondisi itu adalah keadaan dunia kita saat ini.

Di luar tingkat CFC yang berbeda, simulasi dua dunia itu cukup identik. Keduanya sama-sama memiliki laju CO₂ dan emisi gas rumah kaca berdasarkan skenario tingkat menengah terkait kondisi bumi pada abad ke-21. Skenario ini – yang salah satunya memprediksi kadar CO₂ melebihi 40 gigaton per tahun – juga digunakan dalam Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Pada kondisi dunia di mana kadar CFC terkendali, iklim bumi di masa depan akan lebih hangat, suhu global meningkat, dan semua konsekuensi negatifnya pun terjadi. Namun, pada 2050, lapisan ozon dapat pulih ke kondisi yang jauh lebih baik.

Sementara, berdasarkan simulasi dunia di mana kadar CFC tidak terkendali, lapisan ozon menipis secara drastis. Pada akhir abad ini, lubang ozon akan menganga di mana-mana – tak hanya di Antartika.

Selain itu, pada dekade 2050-an, akibat radiasi sinar UV yang parah, tanaman di dunia dengan tingkat emisi CFC yang terus meningkat, hanya mampu menyerap setengah emisi karbon dibandingkan di dunia yang memiliki kadar CFC terkendali.

Tingkat penyerapan tanaman di dunia dengan CFC tinggi akan terus menurun hingga melebihi 85 persen pada akhir abad ini. Penurunan tersebut memperbanyak kadar CO2 di atmosfer hingga 30% sehingga dapat menambah 0,8°C suhu global.

Nah, tambahan 0,8°C ini cukup untuk menaikkan suhu dunia saat ini (sekitar 1°C di atas rata-rata sebelum revolusi industri) menjadi melebihi target paling ambisius dalam Perjanjian Paris, yakni 1,5°C pada akhir 2100.

Bahkan, selain 0,8°C tersebut juga ada tambahan kenaikan 1,7°C akibat efek rumah kaca dari CFC itu sendiri. Ini berarti Protokol Montreal mampu mencegah total tambahan suhu global sebesar 2,5°C, beserta segala hal yang lebih mengerikan yang bisa terjadi di masa depan.

Meskipun dunia tersebut bisa dihindari, ancaman kerusakan lapisan ozon masih ada.

Pasalnya, ada ilmuwan yang mendukung upaya mitigasi pemanasan global melalui penyuntikan partikel aerosol sulfat ke stratosfer, atau sering disebut ‘stratospheric sulphate geoengineering’. Teknik rekayasa atmosfer ini terinspirasi dari efek pendinginan global yang sempat terjadi akibat letusan gunung berapi besar.

Masalahnya, teknik itu berbahaya karena dapat merusak lapisan ozon. Studi kami pun menunjukkan bahwa metode rekayasa itu harus dievaluasi secara komprehensif, terutama menyangkut dampaknya kepada ekosistem di seluruh penjuru bumi (biosfer).

Sejauh ini, Protokol Montreal telah efektif mengendalikan emisi gas rumah kaca yang sangat kuat seperti CFC. Upaya global bersama itu juga berhasil melindungi kelangsungan tumbuhan di muka bumi sehingga kenaikan CO2 bisa diredam.

Protokol ini akan terus menjadi panutan dan contoh baik bagaimana mmewujudkan perjanjian iklim yang sukses.

Sayangnya, metode yang sama belum tentu bisa diterapkan dalam negosiasi iklim yang sedang diupayakan saat ini. Sebab, upaya memulihkan ozon melalui pengurangan CFC – di mana produksi CFC hanya dilakukan segelintir perusahaan, dan zat kimia alternatif yang bisa menggantikannya juga banyak – jauh lebih mudah dibanding upaya kita saat ini untuk mengurangi emisi dari bahan bakar fossil.

Halaman:
Paul Young
Paul Young
Senior Lecturer in Atmospheric and Climate Science, Lancaster University
Artikel ini terbit pertama kali di:

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...