Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global

Wempi Saputra, Ph.D
Oleh Wempi Saputra, Ph.D
15 November 2021, 14:19
Wempi Saputra
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Seorang seniman Kalbar membuat lukisan mural saat mengikuti Festival Mural Bhayangkara di Stadion Sultan Syarif Abdurrahman, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (30/10/2021). Pada Festival Mural Bhayangkara tersebut belasan tim seniman lukis Kalbar membuat mural tentang peran generasi muda untuk berkreasi dalam menyampaikan informasi yang positif di masa pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.

Akhirnya, konsensus di level menteri mengamanatkan pembentukan G20 Joint Finance-Health Task Force atau Gugus Tugas Bersama Keuangan dan Kesehatan (Gugus Tugas) yang kemudian menjadi pernyataan para pimpinan negara-negara G20 dalam Leaders Declaration KTT Roma.

Gugus Tugas memiliki tiga karakteristik. Pertama, berfokus kepada pandemi PPR. Ia akan berperan sebagai fasilitator dialog, berbagi pengalaman dan pengetahuan, mengoordinasikan kementerian keuangan dan kementerian kesehatan, mendorong aksi kolektif dan koordinasi realokasi sumber daya untuk penanganan masalah kesehatan yang berimplikasi antar negara.

Pendekatannya dengan one health approach, yaitu suatu pendekatan terintegrasi dan kerja sama berbagai sektor yang mendesain dan menerapkan program, kebijakan, peraturan dan penelitian untuk mencapai hasil berupa kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik. Antisipasi kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi di masa datang harus tetap menyelesaikan pekerjaan rumah saat ini, yaitu percepatan proses vaksinasi.

Dalam kaitan ini, WHO memiliki strategi vaksinasi global yang bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan vaksinasi kepada 40 % penduduk bumi di 2021 dan 70 % di pertengahan tahun 2022. Ada potensi keterkaitan antara rancangan kerja Gugus Tugas ini dan strategi tersebut. Tentu dengan melibatkan berbagai fasilitas dan skema yang sudah ada, seperti Access to Covid Tools – Accelerator (ACT-A) yang meliputi COVAX, dan lain-lain.

Kedua, keanggotaannya bersifat inklusif. Koordinasi gugus tugas akan berpusat di WHO. Keanggotaannya akan mencakup bukan hanya negara-negara G20, tapi juga non-G20 khususnya yang mewakili negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah, serta lembaga keuangan internasional. Inklusivitas keanggotaan ini dapat berfungsi sebagai mekanisme check and balance atas potensi dominasi negara-negara maju dan pengaruh kuat dari perusahaan farmasi global.

Ketiga, terkait mekanisme pendanaan. Saat ini mekanisme pendanaan yang utamanya didukung oleh lembaga keuangan internasional, seperti Bank Dunia, IMF, dan ADB, akan dilengkapi dengan mekanisme baru. Mobilisasi pendanaan yang cukup, berkelanjutan, dan kredibel akan menjadi pilar utama mekanisme baru yang juga akan melibatkan sektor swasta ini.

Posisi Indonesia

Indonesia akan menjadi Presidensi G20 di tahun 2022. Sebagai Presidensi, Indonesia dapat menata agenda pembahasan sesuai kepentingan di atas, tentu dengan melibatkan berbagai pihak. Banyak negara berharap Indonesia dapat menjadi fasilitator dalam diskusi dan menunjukkan hasil konkrit dari berbagai konsensus G20, khususnya di bidang kesehatan.

Indonesia dapat menjadi fasilitator diskusi dalam Gugus Tugas khususnya terkait penyusunan peta jalan, rencana kerja dan mobilitas pendanaan, serta mengusulkan skema koordinasi dalam arsitektur kesehatan global. Dalam hal ini termasuk mekanisme penyaluran bantuan terhadap negara yang mengalami krisis kesehatan dan standard protokol kesehatan transportasi antar negara.

Indonesia juga dapat menunjukkan kesiapan dalam menjadi salah satu hub manufaktur bersama vaksin, therapeutics dan diagnostik mengikuti jejak Argentina, Afrika Selatan, dan Brazil yang telah menjadi hub produsen mRNA.

Perjalanan penanganan pandemi sudah memperlihatkan titik harapan, di tengah berkembangnya berbagai ancaman varian baru Covid-19. Optimisme perlu terus diusung dan upaya untuk menggalang komitmen bersama. Dalam konteks ini, menata ulang arsitektur kesehatan global kelihatannya akan menjadi salah satu kontribusi kemanusiaan terbesar yang pernah kita lakukan untuk generasi mendatang.

Halaman:
Wempi Saputra, Ph.D
Wempi Saputra, Ph.D
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...