Tambak Udang vs Pelestarian Mangrove, Lebih Menguntungkan Mana?

Jatna Supriatna
Oleh Jatna Supriatna
12 Desember 2021, 09:30
Jatna Supriatna
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata

Keempat, menyediakan kegiatan berbasis ekonomi di kawasan konservasi bagi sektor swasta yang terlibat dalam konservasi keanekaragaman hayati.

Sedangkan potensi keuntungan yang tak kalah besar berasal dari perdagangan karbon. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 yang menjadi payung hukum untuk skema perolehan manfaat ekonomi dari pengelolaan karbon di tanah air.

Aturan tersebut dapat menjadi peluang untuk mendapatkan kredit karbon dari luar negeri. Pemerintah mencatat potensi pendanaan yang dapat masuk, salah satunya dari kawasan mangrove, dapat mencapai US$ 565,9 miliar atau sekitar Rp 8 ribu triliun.

Potensi ini semakin terbuka lebar melalui komitmen kucuran dana negara-negara maju hingga US$ 100 miliar (setara Rp 14.280 triliun) per tahun mulai 2023 dalam Climate Finance Delivery Plan. Komitmen yang dideklarasikan dalam rangkaian konferensi iklim Perserikatan Bangsa Bangsa COP26 bulan lalu ini bertujuan membantu upaya pengurangan emisi dan meredam dampak perubahan iklim di sejumlah negara-negara rentan.

mangrove
mangrove (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.)

Saatnya Melestarikan Kawasan Konservasi Mangrove

Berbagai peluang kawasan mangrove seharusnya menjadi pemicu agar pemerintah menggiatkan pemeliharaan mangrove – serta memulihkan area-area yang kritis. Masyarakat setempat maupun pemerintah daerah juga mendapatkan ‘kue’ dari potensi ini, sekaligus menjadi insentif bagi mereka untuk merawat ekosistem mangrove di sekitarnya.

Wisata alam dapat mensubstitusi keuntungan yang hilang dari perburuan, dan pada saat yang bersamaan berkontribusi terhadap konservasi satwa. Perburuan dan perdagangan satwa tidaklah memberi manfaat secara berkelanjutan.

Indonesia dapat bercermin pengelolaan wisata alam Kosta Rika yang berfokus mengembangkan sektor pariwisata yang berkelanjutan. Fokus tersebut membuat sektor pariwisata menyumbang hampir 10 % dari pemasukan negara.

Dengan manajemen yang baik, bukan hanya populasi satwa yang terselamatkan, namun juga manfaat secara ekonomi yang didapat akan lebih berupa pengembangan kawasan konservasi berkelanjutan.

The Conversation

Halaman:
Jatna Supriatna
Jatna Supriatna
Professor of Conservation Biology, Universitas Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di:

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...