Momentum Commodity Supercycle untuk Pertumbuhan Ekonomi

Masyita Crystallin
Oleh Masyita Crystallin
23 Maret 2022, 07:39
Masyita Crystallin
Katadata | Joshua Siringo-ringo

Di tengah tahun kedua pandemi Covid-19, ekonomi global turut dihadapkan pada fenomena lonjakan harga komoditas yang telah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Apakah episode peningkatan harga komoditas ini sudah masuk dalam kategori commodity supercycle?

Sinyalemen tersebut masih dalam perdebatan, namun jelas kiranya bahwa episode ini merupakan episode commodity boom. Jika penurunan produksi dan peningkatan permintaan ini terjadi secara struktural, kenaikan harga akan terjadi dalam jangka yang cukup panjang.

Dalam kondisi ini commodity boom bakal menjelma jadi commodity supercylce. Harga komoditas naik pesat karena terpicu oleh beberapa hal; meningkatnya demand atas komoditas energi dan pangan di tengah pemulihan ekonomi global, terbatasnya tenaga kerja, dan gangguan cuaca di beberapa lokasi produksi komoditas, termasuk invasi Rusia terhadap Ukraina.

Sejak pandemi awal Maret 2020 hingga pekan kedua Maret 2022, harga minyak Brent telah melambung 112,1 persen, mencapai harga tertinggi sejak era commodity boom pada tahun 2008-2011 lalu. Begitu juga harga gas alam melesat 169,1 persen dalam periode yang sama.

Beberapa komoditas energi dan pangan yang mengalami lonjakan harga sejak pandemi dimulai adalah komoditas unggulan Indonesia, seperti crude palm oil (tumbuh 212,6 persen), batu bara (melonjak 455,6 persen), hingga nikel (278,2 persen) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.

Bagi Indonesia, fenomena commodity supercycle tersebut seperti blessing in disguise. Sepanjang 2021, pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia sebesar 41,52 persen (yoy) turut berkontribusi pada surplus neraca dagang yang mencapai USD35,34 miliar.

Tingginya pertumbuhan ekspor ini membuat surplus neraca perdagangan berlangsung selama 22 bulan sejak Mei 2020 hingga Februari 2022. Bahkan, progresifnya kinerja ekspor ini mencetak rekor Current Account Indonesia terhadap PDB surplus untuk pertama kalinya sejak 2011.

Meski fenomena commodity supercycle berdampak positif dari sudut pandang perdagangan internasional, dampak buruknya terhadap laju inflasi dan ketimpangan sosial patut menjadi perhatian.

Lonjakan harga komoditas energi dan pangan, bagaimanapun juga berpotensi menjadi faktor pendorong inflasi global. Sedangkan tekanan yang ditimbulkan oleh naiknya inflasi, pada akhirnya akan memperlambat proses pemulihan perekonomian global pasca-pandemi.

Selain itu, jika melakukan refleksi atas capaian perekonomian kita dua dekade terakhir ini, salah satu determinan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat impresif adalah commodity boom. Meski begitu, di saat yang sama, ketimpangan pendapatan meningkat dari 0,37 pada 2008 menjadi 0,41 pada 2011.

Sejumlah studi menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Bank Dunia (2014), Yusuf (2014), serta Bhattacharyya dan Williamson (2013) menemukan bahwa fenomena commodity boom merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya ketimpangan sosial, khususnya di negara-negara yang kesejahteraannya path dependent terhadap sektor ekstraktif, semisal Indonesia.

Commodity boom di Indonesia yang telah terjadi pada dua dekade lalu, memang berkontribusi menumbuhkan Produk Domestik Bruto. Namun, secara sosio-ekonomi dampak commodity boom justru meningkatkan ketimpangan, jika tidak dikompensasi dengan kebijakan lain. 

Halaman:
Masyita Crystallin
Masyita Crystallin
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi; Sherpa Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim
Editor: Yura Syahrul

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...