Indonesia, Rumahnya Para Pembuat?

Ade Febransyah
Oleh Ade Febransyah
27 April 2022, 07:00
Ade Febransyah
Ilustrator: Betaria Sarulina

Atau, masyarakat yang masih memiliki ownership problem dalam memiliki kendaraan listrik, layanan berbasiskan subscription bisa menjadi solusi. Bagi sebagian masyarakat, mengeluarkan downpayment untuk sebuah kendaraan sudah begitu memberatkan, apalagi harus bayar cash untuk mendapatkannya.

Dengan layanan berbasis subscription, masyarakat tetap bisa menggunakan kendaraan tanpa harus mengeluarkan dana besar untuk memiliki kendaraan. Jikapun ada dananya, akan lebih bermanfaat untuk diinvestasikan di berbagai pilihan investasi.

Terlihat apapun solusinya -penyedia produk ataupun layanan- harus tersedia produk yang memungkinkan bisnis penyedia produk dan layanan terjadi. Di sinilah bagian supply dari ekosistem bisnis kendaraan listrik memainkan peran kuncinya.

Harus ada pembuat barang setengah jadi dari bahan baku; harus ada pengasembli untuk menghasilkan produk jadi. Jika pasar domestik besar dan regulasi mempersilahkan pabrikan asing dan jejaring bisnisnya untuk masuk, bisa dibayangkan akan semakin menutup pintu-pintu bagi pemain lokal untuk menjadi pembuat.

Produk dan layanan transportasi berbasis kendaraan listrik adalah sesuatu yang nyata, pasarnya ada, penggunanya melebihi jutaan. Tidak heran, investasi dan pabrikan dari luar begitu berminat untuk melayani pasar domestik.

Sungguhkah kesempatan ini dapat dimanfaatkan pembuat lokal? Mengapa pelaku bisnis lokal harus juga membuat? Bagaimana membuat produk yang dapat diterima masyarakat? Pencapaian apa yang harus diraih pembuat lokal?

Maksud, Misi, dan Visi

Sebaik-baiknya bisnis mesti dilandasi dengan maksud yang baik. Dan sebaik-baiknya maksud dalam berbisnis, termasuk bisnis membuat, adalah yang dapat membantu masyarakat yang memenuhi kebutuhan, mengatasi problem, dan/atau menyelesaikan jobs to be done yang penting dan belum terselesaikan dengan baik.  

Buat masyarakat yang masih menggunakan mobil berbahan bakar minyak, apa pekerjaan mereka yang belum terselesaikan dengan baik? Buat mereka yang bepergian menggunakan transportasi publik, apakah urusan mobilitas mereka masih menyisakan pengalaman tidak mengenakkan?

Problem yang ada di masyarakat otomatis menjadi oportunitas bagi pelaku bisnis. Jika memang ada pembuat lokal yang ingin menyelesaikan pekerjaan komuter, yang ingin pekerjaan mobilitas mereka bisa dilakukan dengan lebih efisien, produk apa yang tepat untuk mereka?

Banyak studi di berbagai negara menunjukkan harga mobil masih menjadi salah satu faktor penghambat utama bagi adopsi mobil listrik. Di pasar domestik, mobil listrik yang ditawarkan seharga Rp 700 juta ke atas masih di luar keterjangkauan bagi kebanyakan pemilik kendaraan sekarang ini.

Untuk kasus Indonesia, studi menunjukkan bahwa intensi membeli mobil listrik yang ada di pasar seharga Rp 700-an juta terjadi di kalangan tertentu saja, para eksekutif senior yang memiliki jobs to be done dalam urusan mobilitas dan memiliki kemampuan beli terhadap kendaraan tersebut (Febransyah, 2021).

Jika ingin mempercepat penggunaan mobil listrik, buatlah kendaraan listrik paling tidak di harga Rp 300-an juta; angka yang menjelaskan ability to pay dari mayoritas pemilik mobil di Indonesia. Kecocokan antara harga produk dan ability to pay memang tidak menjamin suatu produk akan sukses di pasar.

Namun, merujuk pada theory of planned behavior (Ajzen, 1991), ability to pay untuk kasus kendaraan listrik bisa menjadi penentu terjadinya intensi membeli. Tidak adanya ability to pay akan membuat intensi membeli dan akhirnya tindakan membeli menjadi tidak terjadi.

Memang begitu sempit oportunitas bagi pembuat lokal untuk membuat kendaraan mobil listrik. Dari mobil listrik paling murah sampai paling mahal sudah tersebar pembuatnya dari luar. Di sinilah ujian terberat bagi pembuat lokal jika ingin membuat mobil listrik.

Misi pembuat untuk mewujudkan solusi yang tepat bagi masyarakat yang punya kebutuhan menjadi sangat tidak mudah. Mereka akan berhadapan head-to-head dengan para pemilik nama besar.

Kalaupun mampu menghasilkan produk dengan performa dan harga yang sama dengan produk bermerek luar, masih ada underdog mentality di masyarakat Asia, yang lebih memilih produk bermerek asing (Meyer dan Garg, 2005). Berbagai studi menguatkan hal tersebut bahwa produk mobil dapat memberikan manfaat emosional bagi penggunanya.

Proposisi yang bisa diajukan bagi pembuat lokal untuk kendaraan listrik adalah buatlah kendaraan listrik untuk bisnis, seperti logistik dan transportasi publik. Apa yang dilakukan oleh pembuat Arrival di Inggris bisa menjadi inspirasi. Fokus pada kendaraan listrik berupa electric van yang digunakan oleh Amazon untuk armada pengiriman barang mereka.

Ada juga startup pembuat kendaraan listrik di Amerika Serikat, Zoox yang menyiapkan robotaxi, kendaraan listrik tanpa pengemudi untuk melayani masyarakat dalam bepergian. Ketepatan antara produk dengan kebutuhan pasar selanjutnya harus diikuti oleh kemampuan perusahaan pembuat untuk mewujudkan produk buatannya. Sungguhkah pembuat lokal mampu mendesain, merekayasa, dan memproduksi produk yang tepat bagi pasar di sini? Sudah siapkah pembuat lokal dengan segala kemampuan untuk membuat mobil listrik?

Bicara tentang kemampuan suatu perusahaan, tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan aktor-aktor lainnya di bagian support dari ekosistem bisnis. Kemampuan membuat tidak harus dikuasai oleh perusahaan sendirian.

Ada pemain-pemain di luar perusahaan yang lebih hebat dalam urusannya masing-masing. Ada rumah desain kendaraan, lembaga riset, pemasok teknologi yang bisa menjadi mitra strategis dalam mewujudkan kendaraan listrik.

Juga jangan lupakan peran dari infrastruktur finansial yang memberikan kemudahan dalam pemberian risk capital bagi pembuat lokal. Dan akhirnya, peran pemerintah lewat serangkaian regulasi yang berpihak pada pembuat lokal sangat menentukan terbangunnya ekosistem bisnis membuat yang kuat.

Jika semua aktor memainkan peran kuncinya dalam orkestrasi rapih untuk membangun ekosistem bisnis membuat, barulah para pembuat lokal dapat leluasa menuliskan visinya, mimpinya yang dapat direalisasikan, yaitu: menjadi pembuat hebat, membuat bangsa jadi berdaulat!

Halaman:
Ade Febransyah
Ade Febransyah
Guru Inovasi Prasetiya Mulya Business School

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...