Startup Indonesia: Tumbuh atau Runtuh

Wijantini
Oleh Wijantini
6 Januari 2025, 07:49
Wijantini
Katadata/ Bintan Insani
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia adalah tempat bagi banyak bisnis rintisan (startup) yang mencoba memanfaatkan potensi pasar digitalnya yang besar. Dengan lebih dari 200 juta pengguna internet, startup Indonesia berkembang di berbagai sektor, termasuk fintech, e-commerce, edtech, healthtech hingga agritech

Nama-nama besar seperti GoTo Gojek Tokopedia dan J&T Express menarik perhatian karena dapat tumbuh tidak hanya sebagai unicorn, tetapi menjadi decacron. Decacorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$10 miliar (Rp160 Triliun). 

Namun, tak bisa dipungkiri, banyak startup lainnya yang harus menghentikan operasinya dan runtuh. Menurut data dari Startup Genome Project, 90% startup global gagal dalam 3 hingga 5 tahun pertama. Di Indonesia, statistik ini tidak jauh berbeda. Pertumbuhan startup memang meningkat, tetapi tingkat kegagalannya juga tinggi.

Penyebab Kegagalan

Indonesia memiliki ekosistem startup yang berkembang. Pada 2023, terdapat lebih dari 2.400 startup di negara ini, menjadikannya ekosistem terbesar kelima di dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada. Beberapa contoh startup di sektor utamanya seperti Blibli, Tokopedia dan Bukalapak di sektor e-commerce, fintech dengan adanya OVO, Xendit, LinkAja dan Dana yang mendominasi pembayaran digital, Healthtech dengan Halodoc, Edtech dengan Zenius, Ruangguru sebagai pemimpin pasar, serta ada agritech dengan TaniHub yang telah menutup layanan retailnya.

CB Insights mencatat bahwa 70% startup di Indonesia gagal karena masalah internal atau eksternal. Hasil penelitian Akter & Iqbal (2020) menyebutkan ada enam kategori utama yang menjadi penyebab kegagalan startup platform.  

Pertama adalah faktor model bisnis yang tidak fleksibel. Sebagai gambaran, startup agritech sering kali gagal mencapai skala besar karena ketergantungan pada model berbasis komunitas yang sulit dimonetisasi. Untuk mencapai skala besar, startup agritech perlu menemukan cara inovatif untuk mengintegrasikan teknologi, meningkatkan efisiensi operasional, dan menciptakan model bisnis yang lebih berkelanjutan. 

Indonesia yang memiliki geografis kepulauan dan beberapa area terpencil memberi tantangan logistik tersendiri. Mengangkut hasil tani dari daerah terpencil ke kota besar memerlukan investasi infrastruktur yang besar serta biaya tinggi.

Kedua adalah faktor pasar. Ketidakmampuan memahami pasar menjadi kendala besar. Produk yang tidak sesuai kebutuhan pelanggan, strategi peluncuran yang buruk, atau harga yang tidak kompetitif menjadi pemicunya. Sebanyak 42% startup gagal karena tidak ada kebutuhan pasar yang jelas untuk produk mereka. Sebanyak 16% startup gagal karena salah harga, sementara 14% gagal karena peluncuran produk yang tidak tepat waktu.

MatahariMall.com adalah contoh klasik dari masalah penentuan harga. Platform ini diluncurkan pada 2015 dengan ambisi besar untuk bersaing dengan e-commerce seperti Tokopedia dan Lazada. MatahariMall memberikan berbagai diskon besar untuk menarik pelanggan. Namun, strategi harga ini tidak berkelanjutan karena margin keuntungan menjadi terlalu kecil untuk menutup biaya operasional yang tinggi

Ketiga adalah kualitas pendiri dan tim yang sangat berpengaruh pada keberhasilan startup. Kurangnya pengalaman, terlalu percaya diri, atau ketidaksiapan menghadapi tantangan seringkali menjadi hambatan. Beberapa startup gagal melakukan pivot karena pendiri terlalu percaya diri dengan ide awal mereka, meskipun pasar menunjukkan kebutuhan yang berbeda. 

Salah satu keberhasilan Gojek yang berawal dari layanan ojek daring dan berkembang menjadi platform multi-layanan adalah pada kemampuan mereka untuk pivot sesuai kebutuhan pasar. Ini yang menjadikannya salah satu startup paling sukses di Indonesia.

Data dari CB Insights menyebutkan bahwa 23% startup gagal karena tim yang tidak kompeten. Sebanyak 14% startup gagal karena konflik internal antara pendiri dan tim. Konflik internal ini juga berkaitan dengan faktor organisasi. Startup sering kali mengalami konflik internal, baik di tingkat manajemen maupun operasional. Kurangnya koordinasi, visi yang tidak jelas, dan strategi yang tidak matang menjadi penyebab utama. 

Faktor berikutnya berkaitan dengan faktor lingkungan termasuk regulasi pemerintah, akses ke infrastruktur, dan jaringan pendukung, dan juga kondisi eksternal tak terduga seperti pandemi Covid-19, sangat mempengaruhi startup. Sebagai contoh, regulasi yang berubah-ubah di sektor ride-hailing memaksa startup kecil untuk keluar dari bisnis ini. Airy Rooms, startup yang fokus pada akomodasi murah, menghentikan operasionalnya pada 2020. Ketergantungan pada sektor perjalanan yang terdampak pandemi menjadi alasan utama keruntuhannya.

Faktor eksternal memberi catatan bagi startup atas pentingnya untuk mendiversifikasi risiko serta adanya dukungan grup untuk melewati kejadian tak terduga dari luar. Seperti telah dikemukakan, Airy Rooms, startup penyedia layanan akomodasi murah, menghentikan operasionalnya pada 2020 akibat pandemi Covid-19 yang menghempas industri perjalanan.

Faktor keenam berkaitan dengan keuangan. Ini adalah salah satu tantangan terbesar startup, terutama dalam mengelola modal awal dan arus kas. Sebanyak lebih dari 29% startup gagal karena kehabisan dana, sementara 16% lainnya runtuh akibat salah kelola anggaran.  

Bukalapak mengalami masa sulit pada 2019 dengan merumahkan ratusan karyawan. Namun, mereka berhasil beradaptasi dengan memfokuskan pada efisiensi operasional dan produk digital yang lebih menguntungkan. 

Penutup

Kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan startup. Namun, dengan memahami faktor-faktor penyebab kegagalan, maka pebisnis diharapkan dapat mengantisipasi kejadian buruk dan meningkatkan peluang keberhasilan.

Startup seperti Gojek dan Tokopedia menunjukkan bahwa inovasi, fleksibilitas, dan kemampuan untuk membaca kebutuhan pasar adalah kunci sukses. Sebaliknya, kegagalan Airy Rooms dan TaniHub memberikan pelajaran penting tentang pentingnya diversifikasi dan manajemen keuangan yang baik.

Startup harus memahami kebutuhan pasar dengan lebih baik melalui riset pasar yang mendalam sebelum meluncurkan produk. Fleksibilitas model bisnis: juga menjadi utama.  Model bisnis harus bisa beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan. Pendiri yang harus fleksibel agar mampu  melihat peluang baru atau melakukan perubahan strategis yang dibutuhkan

Selain itu, pengelolaan arus kas dan pengendalian biaya operasional adalah kunci untuk bertahan dalam kondisi sulit. Pasar yang berkembang perlu didukung dengan keseriusan dalam investasi pada sumber daya manusia. Pelatihan dan pengembangan tim dapat meningkatkan kapasitas organisasi secara keseluruhan. Tak kalah penting adalah kemitraan dengan investor, pemerintah, dan komunitas yang dapat membantu startup berkembang lebih cepat.  

Indonesia membutuhkan lebih banyak cerita sukses seperti Gojek dan Tokopedia untuk membangun ekosistem startup yang lebih tangguh. Dengan memperhatikan faktor kegagalan di atas,  startup Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian negara.

Wijantini
Wijantini

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...