Adapun, ke-19 industri manufaktur yang mendapat insentif tersebut adalah:

  • Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia
  • Industri peralatan listrik
  • Industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer
  • Industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
  • Industri logam dasar
  • Industri alat angkutan lainnya
  • Industri kertas dan barang dari kertas
  • Industri makanan
  • Industri komputer, barang elektronik dan optik
  • Industri mesin dan perlengkapan
  • Industri tekstil
  • Industri karet, barang dari karet dan plastik
  • Industri furnitur
  • Industri percetakan dan reproduksi media rekaman
  • Industri barang galian bukan logam
  • Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya
  • Industri bahan jadi
  • Industri minuman
  • Industri kulit, barang dari kulit serta alas kaki

Lalu apakah insentif tersebut menyelesaikan masalah yang dihadapi industri manufaktur? Belum tentu.

Pengumuman status pembatasan sosial berskala besar oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (30/3) kemarin membuat pengusaha harus memutar otak. Belum lagi, ada kemungkinan penerapan status darurat sipil jika wabah tak juga mereda. Artinya, pabrik-pabrik akan ditutup atau tetap buka dengan izin, syarat dan Pengawasan ketat.

Di luar masalah produksi, kalangan industri manufaktur juga dihadapkan pada masalah turunnya permintaan. Bagaimana tidak, berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah membuat pusat-pusat perbelanjaan tutup, kecuali yang menjual bahan pokok dan obat-obatan.

Konsumsi Masyarakat Merosot

Matahari Department Store baru saja mengumumkan penutupan semua gerainya. Penutupan itu dilakukan selama 14 hari dan bisa diperpanjang jika diperlukan.

“Kondisi retail menurun dengan tajam di Maret dan meskipun Januari dan Februari memenuhi ekpektasi. Saat ini kami beroperasi di kondisi yang sangat tidak pasti di mana kesehatan para karyawan dan sumber daya perusahaan merupakan prioritas utama dalam menghadapi masa pandemi Covid-19,” kata Terry O’Connor, CEO Matahari pada Selasa (31/3).

(Baca: Matahari Tutup Semua Gerai dan Kurangi Jam Kerja Karyawan)

Sejumlah pedagang di pasar tekstil besar di Indonesia pun menghentikan sementara kegiatan usahanya seiring meluasnya pandemi corona. Selain itu, penutupan juga dikarenakan sepinya pembeli sejak kebijakan pembatasan sosial atau social distancing diberlakukan. 

“Dampak dari penyebaran virus corona ini sangat terasa bagi kami para pedagang. Apalagi, kondisi ekonomi untuk sektor riil sudah mulai turun sejak tahun lalu dan sekarang ditambah wabah virus corona," kata Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo (Pager Raharjo) Ujun Junaedi di Yogyakarta, Jumat (27/3) lalu.

Sebelumnya, penutupan kios juga mulai diberlakukan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, yakni pasar Tanah Abang. Perumda (PD) Pasar Jaya mengatan penutupan sementara Pasar Tanah Abang  dilakukan terhitung sejak 27 Maret hingga 5 April 2020 untuk mengurangi risiko penularan virus corona atau Covid-19.

Penutupan tersebut meliputi Blok A, Blok B dan Blok F. Sedangkan Blok G dibuka terbatas hanya untuk pedagang yang berjualan jenis bahan pangan.

(Baca: Deretan Mal di Jakarta yang Tutup karena Corona: PI, MKG, hingga Senci)

Kegiatan produksi dan konsumsi rumah tangga yang lesu membuat Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,2-4,6%. Dalam buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2019, BI menyebut, terbatasnya kegiatan produksi dan aktivitas ekonomi di negara yang terdampak Covid-19, termasuk Indonesia, diakibatkan oleh terbatasnya pasokan barang antara dari negara lain untuk keperluan produksi. Selain itu, pembatasan aktivitas ekonomi untuk pencegahan penyebarannya juga membuat perputaran uang semakin lambat.

Kekhawatiran terhadap Covid-19, imbauan pemerintah untuk mengurangi mobilitas, dan penurunan keyakinan pertumbuhan ekonomi ke depan mempengaruhi pola perilaku konsumsi masyarakat. “Masyarakat cenderung meningkatkan konsumsi kebutuhan pokok dan menunda konsumsi lainnya," dikutip dari buku LPI 2019 yang dikutip, Senin (30/3).

Konsumsi barang kebutuhan pokok, terutama sembako, diprakirakan tetap terjaga di tengah kekhawatiran merebaknya Covid-19. Sedangkan konsumsi barang seperti pakaian, transportasi, perlengkapan rumah tangga, dan leisure diperkirakan terkoreksi. Inilah yang akan membuat tekanan bagi industri manufaktur semakin berat.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement