Tahap awal penggabungan rumah sakit badan usaha milik negara akan berjalan pada Juni 2020. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut proses konsolidasi ini telah selesai untuk rumah sakit milik Pertamina dan Pelni.

Perusahaan pelat merah lainnya segera menyusul. “Setelah itu PTPN (Perkebunan Nusantara), Pelindo, dan lain-lain,” kata Erick di Jakarta, Senin (11/2). Targetnya, penggabungan ini akan selesai pada akhir tahun.

Berdasarkan laporan keuangan 2018, pendapatan rumah sakit milik negara mencapai Rp 5,6 triliun.  Kalau konsolidasi tersebut terwujud, perkiraan potensi pendapatannya mencapai Rp 8 triliun hingga Rp 10 triliun.

Direktur Utama Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC), Fathema Djan Rachmat, menyebut skema penggabungan tersebut terdiri atas tiga tahap dan melibatkan 15 BUMN. Tahap awal, Pertamedika milik Pertamina bergabung dengan rumah sakit milik Pelni.

Tahap selanjutnya, integrasi dengan lima rumah sakit milik BUMN lainnya pada Juni nanti. “Tahap ketiga, kami akan menjadi jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia,” ujar Fathema.

(Baca: Menteri Erick Targetkan Konsolidasi Besar Rumah Sakit BUMN Tahun Ini)

Hal tersebut sejalan dengan keinginan Erick. Tak hanya agar pengelolaannya lebih profesional, penggabungan layanan kesehatan itu juga untuk menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis rumah sakit di Tanah Air.

Jumlah rumah sakit milik BUMN, menurut grafik Databoks di bawah ini, mencapai 68 rumah sakit. Paling banyak berada di Sumatera Utara, yakni 12 rumah sakit. Namun, persebarannya tidak merata karena belum menjangkau beberapa wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur.

Grafik di atas menunjukkan potensi bisnis rumah sakit di Indonesia masih sangat besar. Erick ingin BUMN bisa mengisi pasar tersebut. Bahkan ia berharap konsolidasi dapat membuat standar tenaga medis meningkat, begitu pula dengan daya saing industri kesehatan nasional dan layanan kesehatan.

FIRST IHC MEDICAL FORUM
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) berbincang dengan Direktur Utama Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) Fathema Djan Rachmat (tengah) dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (kanan) pada acara 1st IHC Medical Forum, Jakarta, Senin (10/2). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Konsolidasi rumah sakit BUMN sebenarnya sudah dilakukan oleh pendahulu Erick, Rini Soemarno. Ia membentuk IHC sebagai holding pada 22 Maret 2017. Pertamina Bina Medika atau Pertamedika ditunjuk menjadi operatornya.

“Mimpi saya itu bagaimana memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat dalam hal kesehatan,” kata Rini, seperti dikutip dari Liputan6.com.

Berdasarkan laporan tahunan 2018, Pertamedika IHC telah mengelola 14 RS Pertamina, tiga RS Pelni, RS Pelindo Husada Citra (milik Pelindo III), RS Prima Husada Cipta (milik Pelindo I), RS Bakti Timah (milik Timah), dan Krakatau Medika (milik Krakatau Steel).

Dari 68 rumah sakit BUMN, total mereka memiliki 6.500 tempat tidur. Sementara, jumlah tempat tidur rumah sakit di seluruh Indonesia, menurut data Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, sekitar 275 ribu unit.

(Baca: Sebanyak 64 Rumah Sakit BUMN Siaga Penyebaran Virus Corona)

Menurut standar Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, rasio tempat tidur banding jumlah penduduk suatu negara idealnya adalah satu banding seribu. Dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa, sebenarnya jumlah tempat tidur rumah sakit di Tanah Air sudah cukup memadai.

Namun, persebaran fasilitas dan tenaga medisnya yang masih perlu diperbaiki. Banyak daerah, terutama yang terpencil, belum mendapatkan layanan kesehatan memadai. Dari data Kementerian Kesehatan, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia mencapai 2.813 unit pada 2018. Jumlah yang terbanyak berada di Jawa dan Sumatera. Wilayah bagian tengah dan timur masih minim fasilitas kesehatan.

Kondisi ini belum ditambah urusan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang sampai akhir tahun lalu mengalami defisit Rp 32,84 triliun. Erick ingin holding rumah sakit BUMN berperan besar dalam mendukung peningkatan layanan dan efisiensi BPJS Kesehatan.

Selanjutnya: Persaingan Menarik Pasien BPJS Kesehatan

Persaingan Menarik Pasien BPJS Kesehatan

Terbentuknya holding rumah sakit BUMN diperkirakan tidak akan mengancam kinerja jaringan rumah sakit swasta yang sudah lebih dulu hadir, seperti RS Siloam, RS Mitra Keluarga, dan RS Hermina. Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya mengatakan, hal yang penting dalam bisnis ini adalah kualitas layanan medis, kebersihan rumah sakit, dan kecepatan pelayanan.

Selama rumah sakit konsisten melakukan pelayanannya dengan baik, tidak akan menjadi masalah. “Terlebih antara rumah sakit BUMN dan swasta sudah memiliki pangsa pasarnya masing-masing,” katanya.

Di sisi lain, kehadiran konsolidasi BUMN ini bakal menjadi hal yang positif bagi bisnis kesehatan. Kualitas rumah sakit antara milik negara dan swasta dapat saling bersaing untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Hal senada juga diucapkan analis saham Panin Sekuritas William Hartanto. “Kalau memperhatikan respons pasar, saham-saham rumah sakit swasta nampak tidak terpengaruh dengan konsolidasi ini,” katanya.

Yang menarik, menurut William, akan terjadi persaingan dalam menarik pasien BPJS Kesehatan. Rumah sakit BUMN kemungkinan besar akan sulit unggul karena kualitasnya yang berbeda-beda. “Sejauh ini rumah sakit swasta masih dicari oleh orang-orang, baik pasien BPJS maupun tidak,” ujarnya.

(Baca: Erick Thohir Bakal Merger atau Likuidasi BUMN dengan Bisnis Tak Jelas)

Sejalan dengan pembentukan holding rumah sakit BUMN, ekspansi jaringan rumah sakit swasta pun tak kalah saing. Misalnya, seperti Siloam dan Hermina, yang banyak membangun rumah sakit di berbagai kota untuk memperluas penetrasi pasar. "Ini terkait pembangunan infrastruktur pemerintah dan kawasan ekonomi khusus," kata Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta.

Bisnis rumah sakit, terlihat dari grafik di bawah, sebanyak 63% masih dikuasai oleh swasta. Total kepemilikannya mencapai 1.787 rumah sakit. Paling kecil adalah kepemilikan oleh pemerintah pusat sebanyak 33 unit.

Jaringan rumah sakit yang agresif mengembangkan usahanya saat ini adalah PT Siloam International Hospitals Tbk. Anak usaha Grup Lippo ini memiliki 36 rumah sakit di 24 kota seluruh Indonesia. Selain rumah sakit, perusahaan dengan kode efek SILO itu memiliki 23 klinik termasuk di Jakarta, Palembang, Surabaya, dan Bogor.

Melansir dari laporan keuangan SILO pada kuartal III-2019, pasien BPJS Kesehatan berkontribusi 20% sampai 30% ke pendapatan perusahaan. Sisanya berasal dari pasien yang membayar secara pribadi atau asuransi.

Laba perusahaan pada kuartal tersebut melonjak tinggi, dari Rp 2,99 miliar pada triwulan III-2018 menjadi Rp 42,88 miliar. Pendapatan SILO juga terdongkrak 18,68% menjadi Rp 5,21 triliun.

Mitra Keluarga KATADATA | Arief Kamaludin
Rumah Sakit Mitra Keluarga (KATADATA | Arief Kamaludin)

Perusahaan rumah sakit lainnya yang terdaftar di lantai bursa adalah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. Pemilik jaringan Rumah Sakit Mitra Keluarga ini memiliki 24 rumah sakit yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Surabaya, Tegal, dan Waru.

Kinerjanya pada pada kuartal ketiga 2019 juga positif. Pendapatannya naik 17,24% menjadi Rp 2,38 triliun. Laba bersihnya juga mengalami pertumbuhan positif 9,24% menjadi Rp 531,79 miliar. MIKA membatasi kontribusi dari pasien BPJS Kesehatan maksimal 40% dari total pendapatan hingga lima tahun ke depan.

(Baca: Erick Thohir Bakal Evaluasi Kinerja BUMN yang Punya Kampus)

Terakhir, PT Medikaloka Hermina Tbk dengan kode efek HEAL. Pemilik jaringan RS Hermina ini memiliki 32 rumah sakit tersebar di Indonesia, termasuk Jabodetabek, Medan, Balikpapan, Makassar, Padang, Bitung, dan Solo.

Pada kuartal III-2019 laba bersihnya naik hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 210,05 miliar. Pendapatannya naik 17,47% menjadi Rp 2,68 triliun. Pendapatan dari pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) alias BPJS Kesehatan berkontribusi sekitar 40% dari pendapatan perusahaan.

Reporter: Fariha Sulmaihati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami