Baru beberapa bulan lalu peternak ayam mengeluhkan harga pakan yang mahal. Sepanjang 2018, harga pakan ayam naik tiga kali lipat akibat pasokan jagung yang minim. Kini para peternak kembali mengeluh menderita kerugian akibat harga jual ayam yang rendah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga acuan ayam hidup (live bird) sebenarnya telah dipatok sebesar Rp 18 ribu – 20 ribu per kilogram (kg). Namun, di Jawa Tengah dan Jawa Timur harga dari peternak sudah menyentuh Rp 8 ribu – 10 ribu per kg. Padahal, di tingkat konsumen harga rata-rata daging ayam mencapai Rp 35 ribu – 40 ribu per kg.
Peternak ayam merugi. Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi memperkirakan kerugian peternak ayam akibat anjloknya harga ini mencapai Rp 700 miliar per bulan. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 18 ribu per kg, tapi terpaksa harus menjual dengan harga yang jauh lebih rendah. Di Bogor jumlah peternak ayam sudah berkurang dari 150 peternak pada 2017, menjadi hanya 30 peternak saat ini.
(Baca: Harga Ayam Jatuh, Peternak Kecil Gulung Tikar)
Para peternak pun melakukan protes terhadap anjloknya harga ayam ini. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) membagikan puluhan ribu ayam gratis kepada masyarakat di sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng) yakni Semarang, Klaten, dan Solo, serta Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketua Pinsar Jateng, Pardjuni, mengatakan pembagian ayam gratis ini merupakan sedekah dari peternak sekaligus bentuk protes kepada pemerintah. Sebab saat ini harga jual di tingkat peternak sangat rendah. "Penyebabnya jumlah bibit ayam yang beredar terlalu banyak sehingga over supply, harga ayam anjlok. Daripada kami buang, lebih baik disedekahkan kepada masyarakat," katanya di sela-sela pembagian ayam di Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Menurut analisa Pinsar, anjloknya harga merupakan akibat dari adanya kelebihan pasokan bibit ayam. Mengutip Republika.co.id, Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko mengatakan saat ini pemerintah membuka keran impor yang melebihi kuota tahun-tahun sebelumnya. Seharusnya pemerintah tetap memberikan kuota, sehingga suplai bibit ayam tidak berlebih seperti sekarang.
(Baca: Harga Ayam Anjlok, Peternak Ditaksir Rugi Rp 700 Miliar per Bulan)
Anjloknya harga ayam ini sebenarnya sudah terjadi sejak tahun lalu. Pada Maret 2019, harga ayam di tingkat peternak sudah merosot hingga Rp 16 ribu per kg, dari harga normalnya Rp 20 ribu - Rp 22 ribu per kg. Para peternak pun melakukan unjuk rasa di depan Istana Presiden, Jakarta pada Selasa (5/3).
Saat itu Kementerian Pertanian mengatakan anjloknya harga terjadi akibat turunnya permintaan.“Tidak ada kelebihan pasokan Day Old Chicken (DOC). Ini terjadi semata-mata karena permintaan yang turun pada bulan ini," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita, Rabu (6/3).
Sama halnya dengan Ketua Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami, yang menyatakan penurunan daya beli masyarakat memicu kejatuhan harga daging ayam. Usai Lebaran, konsumen dinilai mulai berhitung lagi akan kondisi keuangannya. "Setelah Lebaran banyak pembeli daging ayam, lalu masyarakat mulai berpikir untuk menata kembali keuangannya. Artinya daya beli menurun," kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (20/6).
Kini Kementerian Pertanian mengubah pernyataannya, sama seperti analisa peternak. Pemerintah mulai berani menyatakan ada mafia yang mempermainkan harga ayam, yang mematikan usaha para peternak mandiri atau peternak rakyat. (Baca: Kementan Sebut Harga Ayam Turun karena Kurangnya Permintaan)
Mafia Permainkan Harga Ayam
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ada disparitas harga dari peternak ke konsumen hingga 400 persen. Disparitas yang sangat tinggi ini menunjukkan hal yang tidak wajar. Dia mengaku telah menurunkan Satgas Pangan di seluruh sentra industri untuk menyelidiki anjloknya harga daging ayam. Beberapa daerah yang diselidiki di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung.
Berdasarkan laporan sementara yang diterimanya, ada sebagian oknum yang mempermainkan harga. "Ada broker, dan kami akan tindak tegas nanti. Mudah-mudahan dalam waktu singkat bisa normal, itu target kami," ujarnya di Surabaya, Jumat (28/6).
(Baca: Harga Ayam Anjlok, Mentan: Setelah Mafia Beras, Mafia Ayam Kami Sikat)
Menurutnya, ada yang salah dalam mata rantai distribusi, termasuk proses yang sangat panjang dan menyebabkan disparitas harga ayam potong. "Seperti halnya para mafia pangan lainnya, bawang putih, beras, dan bawang bombay. Kami akan menindak tegas para broker yang mempermainkan harga ayam potong ini," ujarnya. Dia menyebut, saat ini sudah ada 400 mafia pangan yang ditetapkan sebagai tersangka dan ada 782 perusahaan yang sedang menjalani proses hukum.
Ketut Diarmita pun mengungkapkan hal yang sama. Dia menengarai ada oknum yang mempermainkan harga ayam, sehingga anjlok di tingkat peternak. Menurutnya anjloknya harga ayam merupakan kejahatan ekonomi. Ia minta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) segera melakukan intervensi.
"Analisa saya, kalau dari peternak harga Rp 8 ribu, sedangkan di pasar basah Rp 22 ribu. Di Jakarta malah Rp 30 ribu - Rp 45 ribu per kg. Di mana teori berlebihnya, kalau pasar belum menikmati harga murah. Siapa yang beruntung dengan disparitas harga yang jauh begini?" kata Ketut.
(Baca: KPPU Menduga Anjloknya Harga Ayam Akibat Pelanggaran "Middle Man”)
Kebijakan impor ayam pun menjadi salah satu penyebab berlebihnya pasokan bibit dan daging ayam. Berdasarkan catatan Kementan, kelebihan pasokan bibit anak ayam DOC mencapai 1,5 juta ekor per hari. Suplai daging ayam ras pada 2018 mencapai 3,64 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan daging ayam ras rata-rata hanya 3,25 juta ton per tahun.
Upaya Menyelamatkan Peternak Ayam
Pemerintah berencana mengkaji ulang pengajuan impor DOC perusahaan peternakan terintegrasi (integrator). Pengkajian ulang perlu dilakukan agar lebih teliti lagi dalam menghitung kebutuhan dan suplai ayam. Untuk diketahui, integrator mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) yang diterbitkan Kementerian Perdagangan, berdasarkan rekomendasi dari Kementan.
“Sebelum ada impor, harusnya integrator mengajukan analisa kebutuhan perusahaannya. Sehingga ketika ada kondisi seperti oversupply begini, pemerintah tidak disalahkan,” kata Ketut Diarmita, di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (1/7).
(Baca: Harga Ayam Anjlok, Mentan Kembali Menduga Ada Peran Tengkulak Nakal)
Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah memotong ayam hidup (parent stock/PS) broiler yang berumur di atas 68 minggu. Pemotongan dilakukan oleh seluruh pembibit PS ayam ras broiler selama dua pekan, dari 26 Juni sampai 9 Juli 2019. Langkah ini juga diikuti Pakta Integritas antara pemerintah dengan perusahaan pembibit PS ayam ras broiler tersebut.
Kementan juga meminta pelaku usaha perunggasan meningkatkan kapasitas pemotongan di Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) sampai 30 persen dari jumlah produksi live bird internal. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 12 Ayat (1) Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Kemudian mewajibkan pelaku usaha yang memiliki live bird di atas 300 ribu ekor per minggu memiliki RPHU dan cold storage untuk menampung karkas mereka sendiri.
Untuk membantu menaikkan harga, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menyerap pasokan daging ayam langsung dari peternak. Ayam-ayam ini akan dijual melalui bazar di lingkungan Kemendag dengan harga Rp 32 ribu per kg.
"Kemendag mengimbau kementerian dan instansi lain untuk turut menyerap pasokan daging ayam ras potong dari peternak," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti lewat keterangannya, Senin (1/7).
(Baca: BUMN Belum Diminta Serap Ayam untuk Atasi Anjloknya Harga)
Kemendag juga meminta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melakulan hal yang sama sesuai harga acuan pembelian di peternak yang ditetapkan dalam Permendag 96 Tahun 2018. Dalam hal ini Aprindo dapat berkoordinasi dengan Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin).
Dengan serangkaian upaya yang dilakukan, Kementan mengklaim saat ini harga ayam di tingkat peternak sudah mulai merangkak naik. Ketut Diarmita harga ayam peternak di sejumlah wilayah berkisar Rp 15 ribu-Rp 18 ribu per kg. Kenaikan harga hampir di semua wilayah sentra meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Lampung. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga naik, salah satunya pengurangan bibit ayam DOC dan final stock (FS) oleh integrator.