Walhasil, saat ini sejumlah negara melarang penggunaan produk telekomunikasi Tiongkok, yakni Huawei dan ZTE. Australia dan Selandia Baru telah mengesahkan aturan itu. Jepang tengah mengusulkan pelarangan serupa di negaranya. Sementara grup perusahaan telekomunikasi Inggris, BT, menyatakan tak akan membeli perangkat 5G Huawei.

Penangkapan penerus tahta Huawei ini menunjukkan makin intensifnya perang antara AS dan Tiongkok merajai teknologi. Direktur Program Kebijakan Pusat Strategi dan Studi Internasional di Washington James Andrew Lewis mengatakan kemampuan menguasai teknologi saat ini menjadi barometer kekuatan sebuah negara.

Kondisinya, saat ini penguasaan teknologi amat penting bagi suatu negara. Berbeda dengan abad ke-20, yang kekuatannya terletak pada sumber daya alam dan kemampuan memproduksi barang dalam jumlah besar. "Kemampuan menciptakan dan menggunakan teknologi baru adalah sumber kekuatan ekonomi dan keamanan militer," ujarnya seperti dikutip CNN (11/12).

Tiongkok pun tidak mau tinggal diam menghadapi persoalan ini. Seruan boikot produk ponsel buatan Apple, IPhone pun mulai bergaung di Tiongkok.

Ada yang mengancam pengguna iPhone akan dikenai sanksi. Ada pula yang berjanji memberikan subsidi jika ingin membeli ponsel buatan Tiongkok. Beberapa lembaga dan perusahaan di Tiongkok meminta para staff menunjukkan dukungan pada Huawei.

"Tujuan Amerika adalah untuk menghalangi kebangkitan Tiongkok. Kami sebagai orang Tiongkok harus bersatu dan mendukung produk nasional," kata organisasi perdagangan di Shanghai, Nanchong Chamber of Commerce.

Salah satu perusahaan pemasok komponen elektronik di Shenzhen menyatakan akan memberi subsidi 15% kepada karyawan yang membeli ponsel buatan Huawei dan ZTE. Sebaliknya, perusahaan akan menghukum staff yang membeli ponsel Apple dengan denda 100% harganya. Begitu pula dengan produk elektronik buatan AS lainnya.

Chengdu RYD Information Technology menyatakan hanya akan menggunakan perangkat Huawei mulai saat ini. Mereka menawarkan subsidi 15% kepada karyawan yang membeli produk Huawei. Perusahaan lain yang mendukung penuh Huawei adalah Xinjiang Nor-West Star Information Technology.

Selain seruan boikot produk Apple, perusahaan AS juga terancam bisnisnya  di Tiongkok. Salah satunya perusahaan pembuat pesawat Boeing yang akan meresmikan pabrik pertamanya di Tiongkok. Pabrik hasil kerja sama dengan Commercial Aircraft Corp. of China Ltd (Comac) ini telah dimulai pembangunannya sebelum Trump terpilih menjadi Presiden AS.

Dampak perang dagang memunculkan ancaman Tiongkok akan menaikkan tarif untuk produk Boeing 737. Padahal, selama ini Tiongkok merupakan pembeli terbesar pesawat model tersebut di seluruh dunia. Boeing 737 juga merupakan sumber keuntungan terbesar perusahaan tersebut.

Di sisi lain, Boeing terancam kehilangan pelanggan Tiongkok. Anak usaha China Southern Airlines Co, Xiamen Airlines, telah memulai pembicaraan bisnis dengan Airbus. Padahal, selama lebih dari 30 tahun Xianmen menjadi pelanggan Boeing. Tiongkok diperkirakan membutuhkan sekitar 7.700 pesawat komersial dalam 20 tahun ke depan, senilai US$ 1 triliun untuk Boeing, Airbus, dan produsen lokal seperti Comac.

Sebagai eksportir terbesar AS, Boeing telah mendesak pemerintah kedua negara untuk menyelesaikan masalah perdagangan. Apalagi industri kedirgantaraan telah menghasilkan surplus neraca dagang AS hingga US$ 80 miliar per tahun.

Tiongkok merupakan negara yang sangat penting bagi bisnis Boeing. Data CAPA Center for Aviation per Agustus 2018 mencatat Boeing memiliki 1.670 unit pesawat yang melayani pasar Tiongkok. Sementara Airbus hanya 1.598 unit pesawat. Makanya, Boeing memutuskan membangun pabrik di Tiongkok. "Pabrik ini adalah titik yang sangat menarik dalam sejarah kami untuk memiliki skala sebesar ini di Tiongkok," kata John Bruns, Presiden Boeing China, seperti dikutip Bloomberg (15/12).

Selama ini, perusahaan manufaktur pesawat asal Seatle tersebut tidak memiliki pabrik lain di luar AS. Meski begitu, McDonnell Douglas Corp yang dibeli Boeing pada 1997, telah melakukan investasi besar-besaran dalam produksi MD-80 di Tiongkok.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement