Kondisi IHSG yang lebih baik dibandingkan para sejawatnya di kawasan Asia Pasifik sejalan dengan minimnya aliran dana keluar investor asing pada tahun ini. Perusahaan sekuritas First Asia Caoital mencatat, penjualan bersih asing (net sell) di pasar saham sepanjang pekan pertama 2016 mencapai Rp 616 miliar. Bandingkan dengan perjalanan bursa Indonesia sepanjang tahun lalu yang menderita penjualan bersih asing sebesar Rp 22,6 triliun.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pernah mengatakan, masuknya dana asing (capital inflow) sepanjang 2015 hanya Rp 50 triliun. Jumlahnya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp 205 triliun. Namun, aliran dana asing itu masuk ke portofolio surat utang yang masih menjanjikan keuntungan besar dari tingginya tingkat suku bunga di Indonesia.

(Baca: Dana Asing Kabur Rp 22,6 Triliun, IHSG Anjlok 12 Persen Selama 2015)

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, ada dua faktor rendahnya net sell asing di awal tahun ini. Pertama, porsi asing di portofolio saham di dalam negeri tinggal sedikit. Kedua, adanya harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini lebih baik. Dasarnya adalah langkah cepat pemerintah meraih pinjaman di awal tahun ini untuk membiayai proyek-proyek infrastuktur.

Menurut dia, investor asing akan kembali masuk ke bursa saham Indonesia setelah rilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2016 menunjukan perbaikan. Momen lainnya ketika Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI rate. “Kalau  pertumbuhan ekonomi bagus di kuartal I-2016 (asing akan kembali) atau kalau kuartal IV-2015 bagus, mungkin mereka (asing) balik masuk. Karena mereka harus menunggu sentimen,” kata Satrio kepada Katadata, Senin (11/1).

(Baca: Bank Dunia Peringatkan Ekonomi Negara Berkembang Hadapi Risiko Besar)

Sekadar informasi, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3 persen. Pekan lalu, Bank Dunia menggarisbawahi, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini bisa tercapai kalau pemerintah bisa menjalankan delapan paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis sejak September tahun lalu. Paket tersebut diharapkan bisa memacu investasi dan mengerek produktivitas ekonomi.

Kepala Riset KDB Daewoo Securities Taye Shim juga melihat, masalah utama kekhawatiran pasar di awal tahun ini adalah perlambatan ekonomi global. Bank Dunia kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 menjadi 2,9 persen. Sebab, kekhawatiran perlambatan ekonomi lebih dalam, khususnya di negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). “Melemahnya pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas mempersempit ruang bagi pengambil kebijakan untuk merespons, terutama negara pengekspor komoditas.”

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement