Tren Google Mobility Reports selengkapnya bisa dilihat dalam Databoks di bawah ini:

Selain itu, menurut Chatib, protokol kesehatan yang tetap harus berjalan selama new normal berimplikasi pada belum bisanya ekonomi kembali secara cepat. Ia memisalkan protokol menjaga jarak yang berimplikasi pada terbatasnya akuisisi konsumen. Akibat protokol ini maskapai penerbangan belum bisa mengangkut penumpang secara penuh.

Kementerian Perhubungan memang menyaratkan penumpang pesawat maksimal 70%. Dalam praktiknya, okupansi pesawat lebih rendah dari itu. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra pada 8 Juli lalu menyatakan peningkatan okupansi maskapainya baru 16% setelah PSBB transisi. Rute ramai seperti Denpasar pun masih sepi lantaran 60% masyarakat masih belum yakin untuk terbang.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi pada 22 Juli lalu menyatakan rata-rata penerbangan sekitar 35% dan jumlah penumpang baru 17% di masa new normal. Meskipun begitu, kondisi ini lebih baik dari Mei yang anjlok 99% dengan jumlah penumpang hanya 75 ribu.

Sektor lain yang masih mengalami okupansi rendah adalah hotel. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) per 14 Juli menyatakan tingkat keterisian hotel belum naik signifikan. Misalnya, di Jakarta dan Semarang okupansi hotel masih di kisaran 15%; Surabaya, Yogyakarta, dan Medan baru 10%; Makassar sekitar 6%; Batam sekitar 3%; dan Bali yang menjadi salah satu destinasi wisata utama Indonesia hanya 1%. Secara nasional rata-rata okupansi masih 10-20%.

“Dengan kondisi seperti ini maka pemulihan ekonomi akan terganggu atau relatif lambat. Yang survive adalah yang punya nafas panjang,” tulis Chatib.

Pemulihan Membentuk Kurva Nike Swoosh

Hal senada disampaikan Ekonom Senior CORE Indonesia Piter Abdullah. Menurutnya, pemulihan ekonomi Indonesia akan berangsur dalam waktu lama. Ia memproyeksikan penurunan terdalam terjadi pada kuartal kedua tahun ini dengan kontraksi mencapai 3,5%. Sementara kuartal III dan IV akan tumbuh perlahan meskipun negatif.

“Tahun ini kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi minus 2 sampai minus 3%,” kata Piter kepada Katadata.co.id, Rabu (23/7).

Lambatnya pemulihan ekonomi karena konsumsi masyarakat masih berada di zona negatif sebelum pandemi berlalu. Masyarakat yang saat ini di-PHK belum bisa seluruhnya mendapatkan pekerjaan lagi. Sementara stimulus pemerintah kepada warga terdampak pandemi tak bisa mengembalikan pendapatan mereka seperti semula, hanya menjaga tetap bisa hidup layak.

Pemerintah memberikan bantuan sosial tunai kepada 9 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di luar Jabodetabek dengan anggaran Rp 32,40 triliun. Besaran yang diterima seluruh KPM terbagi dua: April-Juni Rp 600 ribu/bulan dan Juli-Desember Rp 300 ribu/bulan.

“Kita tidak bisa mengharapkan orang yang dulu punya gaji Rp 4 juta diganti Rp 600 ribu. Kalau ingin lebih cepat, BLT harus ditambah nominalnya,” kata Piter.

Pernyataan Piter selaras dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia periode 13-16 Juli 2020. Persepsi masyarakat terhadap perekonomian rumah tangga membaik di masa new normal, tapi tidak signifikan dibandingkan masa PSBB. Pada Mei, 18,3% masyarakat menyatakan kondisi ekonomi rumah tangganya jauh lebih buruk dibanding sebelum pandemi. Pada Juli atau setelah relaksasi PSBB, angka itu menurun 5,3% menjadi 13%.

Sementara, masyarakat yang menyatakan kondisi ekonomi rumah tangganya jauh lebih baik dibandingkan sebelum pandemi pada Mei sebesar 1,6%. Angka ini justru turun 0,3% pada Juli menjadi 1,3%. Di samping menunjukkan persepsi tersebut, survei ini juga menyatakan mayoritas responden pada Juli lebih ingin pemerintah memprioritaskan ekonomi ketimbang kesehatan seperti dalam Databoks di bawah ini:

Piter menyatakan, percepatan pertumbuhan ekonomi paling mungkin terjadi pada April-Mei 2021. Catatannya, vaksin sudah bisa diproduksi pada Januari tahun depan seperti pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada 21 Juli lalu. Perusahaan yang diproyeksikan memproduksi vaksin pada awal tahun depan adalah Bio Farma dengan kapasitas maksimal 250 juta dosis.

Setelah vaksin mampu diproduksi, kata Piter, seluruh sektor ekonomi akan tumbuh lebih cepat meskipun tidak langsung. Termasuk sektor pariwisata yang menurutnya paling terpukul dan bisa pulih lebih lama. Hal ini karena masyarakat telah kembali kepada kepercayaan diri seperti saat masa normal dan bisnis berjalan seperti semula. Ia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2021 sebesar 5%-7%.

“Saya meyakini kurvanya mendakti V, meskipun tidak V tajam. Sekarang seperti lambang Nike Swoosh,” kata Piter.

Terlepas dari produksi vaksin, Piter menilai pertumbuhan ekonomi membentuk kurva logo Nike Swoosh dipengaruhi faktor metode perhitungan statistiknya yang selalu dibandingkan antartahun. Dengan dalamnya kontraksi tahun ini, kenaikan sedikit saja pada 2021 akan membuat persentase pertumbuhannya besar dan membuat kurva meruncing ke atas di akhir periode setelah lama melandai.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria, Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement