Selain mudah dan menawarkan banyak fitur menarik, Bibit membantu dalam memperhitungkan investasi karena dilengkapi robo advisor. Layanan customer care Bibit juga tanggap ketika dia menghadapi kendala dalam berinvestasi, seperti meng-upload identitas diri.

“Setelah dihitung-hitung, Bibit juga memberi keuntungan paling lumayan. Selisihnya cukup besar dengan aplikasi lain,” ujarnya.

Simulasi perhitungan return investasi di platform Bibit
Simulasi perhitungan return investasi di platform Bibit (Bibit.id)



Blockchain dan kripto enthusiast sekaligus entreprneur Muhammad Adriansa, akrab disapa Rian, memilih platform tergantung pada tujuan investasinya. Dia mulai berinvestasi di usia 19 tahun saat masih kuliah.

Platform yang pernah dipakainya sangat beragam mulai dari konvesional seperti tabungan hingga platform online seperti Bibit. “Investasi kan ada hitung-hitungannya. Kalau lebih ke trading mungkin dibutuhkan aplikasi dengan fitur lengkap. Kalau tabungan biasa, saya pilhi aplikasi yang memudahkan transaksi,” ujarnya.

Sejak 2018, Rian sudah menjajal berinvestasi di kripto. Tokocrypto dan Luno menjadi pilihannya. Kelengkapan fitur dan kemudahan menjadi alasan memilih kedua platform tersebut.

Dalam survei KIC, Tokocrypto ada di urutan kedua sebagai platform investasi yang paling banyak digunakan investor. Sementara separuh investor kripto yang disurvei membeli kripto di platform Indodax Nasional Indonesia. Platform lain yang diminati yaitu Binance, Pintu, Rekeningku, dan Zipmex.

“Saya berinvestasi di kripto itu tidak hanya melihat return, juga mempelajari teknologinya. Bagaimana kegunaan blockhain dan ke depan seperti apa trennya,” ujar Rian.

Satu Aplikasi untuk Semua

Tuntutan konsumen serta persaingan platform investasi online mendorong perusahaan aplikasi berlomba menghadirkan layanan terbaik. Mudah, cepat, dan murah kini tidak lagi cukup menarik investor. 

VP External Affairs Pluang Wilson Andrew mengatakan investasi di 2022 sudah mulai memasuki ranah super apps, di mana satu aplikasi menyediakan berbagai layanan. Karena itu, Pluang telah mengantisipasinya, termasuk dengan memperbanyak produk dan menggandeng lebih banyak e-commerce atau marketplace.

Karena itu, pada 2019, Pluang memulai tawaran berinvestasi emas. Kini penggunanya bisa berinvestasi emas, indeks saham AS, reksa dana, dan aset kripto di dalam satu aplikasi.

Menurut wilson, diversifikasi portfolio menjadi penting karena prinsip “don’t put your eggs in one basket” diperlukan untuk membagi risiko. Lantaran itu, Pluang menggandeng banyak mitra mulai dari e-commerce seperti Tokopedia hingga penyedia e-wallet semisal GoPay, LinkAja, dan Dana.

Dia menambahkan, platform investasi juga dituntut mampu memberikan nilai tambah berupa pengetahuan kepada investor. “Mulai dari edukasi hingga eksekusi yang mudah, terjangkau serta terpercaya menjadi yang paling dicari oleh para pengguna,” katanya.

Senada dengan Wilson, Dhinda Arisyiya mengatakan pengguna masih tertarik dengan platform yang memiliki pilihan produk lengkap serta penggunaan aplikasi yang mudah. Untuk itu, Bukalapak dan PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk melalui PT Buka Investasi Bersama meluncurkan Bmoney pada pertengahan tahun lalu.

Di BMoney, pengguna dapat membeli produk dengan mudah dan cepat. Proses registrasinya hanya lima menit. Saat bertransaksi pun mudah, cukup 3 - 4 klik saja.

Ada pula fitur untuk memudahkan investor pemula dengan modal mulai dari Rp 1.000. “Pengguna BMoney juga dapat membeli produk investasi tanpa tambahan biaya apapun,” tutur Dhinda.

Tips Berinvestasi: Jangan Hanya Asal Ikut Tren, Pahami Risikonya

Ada kemudahan yang ditawarkan melalui platform digital. Namun masyarakat perlu cermat dan hati-hati mengingat instrumen investasi apapun mengandung risiko.

Co-founder dan Chief of Product Officer Ternak Uang, Felicia Putri Tjiasaka, mengingatkan masyarakat untuk memilih investasi berdasarkan instrumen yang paling mereka pahami. “Kalau tidak mengerti, pilih jenis investasi dengan tingkat risiko yang rendah,” kata Felicia dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.

Dia juga meminta masyarakat tidak mudah tergiur dengan keuntungan tinggi yang ditawarkan instrumen investasi tanpa peduli risikonya. “Sedikit tips, fokusnya bukan mengejar return paling tinggi, tapi yang paling optimal. Perbesar aset sampai saatnya kita bisa membangun passive income,” tambah Felicia.

Sebagai milenial yang memulai investasi di usia remaja, Rian juga mengingatkan masyarakat tidak berinvestasi hanya karena ikut-ikutan atau takut dianggap ketinggalan tren, fear of missing out (FOMO). Tiap investor memiliki sisi psikologis yang berbeda sehingga penting untuk memilih jenis investasi berdasarkan kesiapan mental mereka.

Pasalnya, dalam waktu singkat, mereka bisa merugi besar jika terjadi perkembangan global yang tidak terduga seperti pandemi Covid-19 pada 2020 ataupun sentimen lainnya.

Pria 23 tahun ini pun mengingatkan calon investor untuk tidak memilih investasi hanya karena dipopulerkan selebritas. Sekarang memang banyak artis, olah ragawan, hingga komedian mengiklankan instrumen atau aplikasi investasi. “Aku suka gemes. Banyak yang tak tahu Bitcoin tapi investasi di sana karena banyak iklan. Padahal mereka tidak mempelajari risikonya,” ujar dia.

Ketua Satuan Tugas Waspada Investasi Tongam Lumban Tobing meminta masyarakat selalu menerapkan prinsip legal dan logis dalam berinvestasi. “Cek apakah kegiatan atau produknya sudah memiliki izin usaha. Jika sudah, apakah sesuai dengan izin usaha yang dimiliki,” kata Tongam kepada Katadata.

Dia juga meminta masyarakat untuk berpikir logis atau memahami apakah proses bisnis yang ditawarkan masuk akal dan sesuai dengan kewajaran penawaran imbal hasil yang ditawarkan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement