“Harapannya, orang-orang NU pemilih PKB itu paling tidak memilih Anies-Cak Imin. Jadi kepentingannya adalah mengisi wilayah yang kurang di sisi Anies,” kata Ujang. 

Kendati lumbung suara Cak Imin melengkapi kebutuhan Anies Baswedan, elektabilitasnya dibanding calon wakil presiden lainnya masih rendah. Survei Litbang Kompas mencatat elektabilitasnya dari Januari–Agustus 2023 masih di kisaran 0,2% hingga 0,4%.

Namanya terpaut jauh dari calon wakil presiden lainnya seperti Erick Thohir, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno. Selain dari sisi elektabilitas, Ujang melihat Cak Imin bisa menyatukan beberapa kelompok Islam yang berada pada sisi oposisi dengan Presiden Jokowi.  

“Sepertinya kelompok Islam ini, baik dari kanan dan tengah, ada di kelompok Anies. Dengan adanya Cak Imin, sadar atau tidak sadar, kelompok Islam yang anti-Jokowi ada di situ,” ujar Ujang.

Deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar
Deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (ANTARA FOTO/Ali Masduki/nym.)

Masih Relevankah Strategi Menggaet NU?

Strategi politik menggaet sosok NU kerap dipakai dalam Pemilu, bahkan wakil presiden Ma’ruf Amin adalah seorang kyai NU. Namun, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro berpendapat strategi ini tidak bakal berarti apa-apa bagi perolehan elektoral pemilu apabila tidak dipadukan dengan kerja politik. 

Ia berkaca dari Pilpres 2004. Ada tiga kader NU yang menjadi kontestan. Mulai dari KH Salahuddin Wahid yang berpasangan dengan Wiranto, KH Hasyim Muzadi yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, dan Hamzah Haz dengan cawapresnya Agum Gumelar. 

Kala itu, yang keluar sebagai pemenang Pemilu 2004 adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, bukan representasi Nahdlatul Ulama. Karena itu, menurut Bawono, menggandeng figur berlatar belakang NU saja tidak cukup. Langkah ini harus diiringi dengan pendekatan terhadap elite dan warga NU secara struktural dan kultural.

Hal yang juga menarik untuk dinantikan adalah, apakah warga NU atau pemilih PKB bakal otomatis memilih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. “Mengingat selama ini Anies Baswedan identik sebagai figur dari kelompok politik Islam konservatif, sedangkan NU dan pemilih PKB dikenal sebagai kelompok islam moderat tradisionalis," ucap Bawono.

Bila merujuk pada survei Litbang Kompas Agustus lalu, partai berwarna hijau ini tidak menjadi pilihan utama bagi kaum NU baik secara nasional atau di wilayah Jawa Timur. Warga Nadhliyin justru paling banyak menjatuhkan pilihan pada PDIP, seperti dirangkum Databoks berikut:

 

Nama Anies pun bukan pilihan pertama kaum NU, menurut survei tersebut. Ganjar Pranowo dipilih oleh 25,6% responden NU, sengit dengan Prabowo Subianto di angka 25%. Sedangkan Anies bercokol di posisi ketiga dengan elektabilitas 12,8%.

Urutan berbeda muncul bila mengubah sudut pandang dari responden pemilih NU di Jawa Timur. Provinsi ini menjadi salah satu lumbung suara terbesar kalangan NU.

Ganjar Pranowo memimpin suara NU di Jawa Timur dengan porsi 37,1%, sementara Prabowo Subianto di angka 20,8%. Anies mengantongi angka 7,5%.

 

“Artinya, dari ketiga kelompok pemilih, yakni pemilih secara umum nasional, pemilih berlatar belakang NU secara nasional, dan pemilih berlatar belakang NU di Jawa Timur, pamor Anies masih berada jauh di bawah Ganjar dan Prabowo," kata tim Litbang Kompas dalam laporannya.

Ujang menyebut  strategi menggaet tokoh NU ini adalah langkah opsional. Partai politik harus mempertimbangkan elektabilitas dan ketokohan dari kader Nahdliyin ini. Selain cawapres, tokoh NU sebenarnya juga bisa mengisi tim ketua pemenangan dari masing-masing capres.

Berbicara soal NU, Ujang menyebut ada tiga nama tokoh NU yang tengah gencar didekati bakal calon presiden lain, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Ketiga nama ini adalah Menkopolhukam Mahfud MD, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Yenny Wahid. 

Nama terakhir adalah putri kedua Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. “Erick Thohir juga, tapi dia itu bukan asli NU, melainkan yang di-NU-kan. Saya kira tiga sekitar nama-nama itu saja,” kata Ujang. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement