Siapa yang Menanggung Rugi Kalau Bulog Beli Gabah di Atas HPP?

Michael Reily
24 Januari 2018, 16:13
Djarot
Ilustrator: Betaria Sarulina

Pada Agustus lalu, karena harga terus bergerak naik, kami diberi fleksibilitas 10%. Jadi, harga beras yang boleh diserap Rp 8.030 per kilogram. Itu (HPP baru) masih di bawah harga pasar.

Belum lagi ada patokan bahwa harga itu harus memenuhi standar medium, kadar air tidak boleh lebih dari 14%, butir patah tidak boleh lebih dari 20%, menir tidak boleh lebih dari 2%, dan derajat sosoh tidak lebih kecil dari 95%.

Ini persaingan pasar. Ketika pasar membeli Rp 9 ribu dan saya hanya membeli Rp 8.030, (hasil yang didapat) sudah menjadi prestasi teman-teman di lapangan. Kalau HPP di atas harga pasar, jangankan cuma ditarget segitu, lebih pun saya mampu.

Jadi rendahnya penyerapan beras karena memang masalah harga?

Sampai sekarang pun sama, dan bukan hanya beras, tapi juga gabah. Ada panen di Bojonegoro dengan harga gabah kering Rp 5.200 per kilogram. Padahal dalam Inpres, HPP gabah itu Rp 3.700 per kilogram. Setelah ada fleksibilitas pun masih Rp 4.070 per kilogram.

Mau tidak petani, berasnya saya beli? Jangan katakan beras banyak, kok Bulog tidak bisa ambil? Bulog mau ambil, tapi masalahnya petani mau tidak (berasnya dibeli)?

Bagaimana dampak kondisi tersebut terhadap Bulog?

Jadi, Bulog bisa saja melakukan pembelian gabah di atas HPP, misalnya Rp 5.200 per kilogram. Kemudian gabah itu diolah menjadi beras yang harga pokoknya Rp 10.500, kemudian saya harus jual sesuai HET beras medium Rp 9.450 per kilogram. Siapa yang menanggung ruginya?

Sementara operasi pasar terus digelar?

Betul, sejak November 2017 kami terus lakukan operasi pasar.

Apakah peralihan sistem Beras Sejahtera (Rastra) menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) turut mempengaruhi penyerapan dan stok Bulog?

Selain Rastra dijadikan bantuan sosial, kami menyiapkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Ada dampaknya sedikit… Jika dulu merupakan subsidi pangan, sekarang jadi bantuan sosial.

Berapa dana yang disiapkan Bulog khusus untuk menangani beras?

Ada sekitar Rp 15 triliun.

Bagaimana dengan sorotan banyak pihak, termasuk DPR, terhadap rendahnya penyerapan beras oleh Bulog?

Kalau dikatakan keliru mungkin iya, kalau benar juga mungkin benar. Yang pasti, bahwa Bulog siap serap, tapi harganya cocok atau tidak.

Analoginya, kalau Anda suka sama orang, terus saya tanya, "kok tidak dapat?" Mungkin, orang yang disukai tidak senang dengan Anda. Transaksi itu masalah dua pihak.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...