Donasi Rp 100 Ribu untuk Listrik Sangat Berarti saat Pandemi

Dimas Jarot Bayu
22 Mei 2020, 10:00
Veronica Colondam, Founder dan CEO YCAB Foundation
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Veronica Colondam, Founder dan CEO YCAB Foundation

Kebanyakan alasannya ID pelanggan tidak ditemukan.Banyak yang memasukkan ID pelanggan PLN yang salah. Seharusnya 11 sampai 12 digit saja, tapi banyak yang memberikan lebih dari itu. Sehingga waktu dikasih ke PLN, tidak ketemu ID pelanggan ini.

Proses pembayaran listriknya seperti apa?

Para pelanggan pascabayar harus buka rekening OVO, supaya kami bisa kasih voucher-nya. Karena pascabayar, ada keterbatasan sistem PLN, sehingga harus full payment. Jadi yang post-paid ini yang sulit dilakukan secara teknis.

Jadi kami lebih senang prepaid. Kenapa? karena lebih gampang, lebih simple. Uang donasi masuk ke yayasan, dikumpulkan berapa jumlah yang harus dibayarkan, yayasan bayar ke PLN. PLN mengeluarkan token yang diinformasikan lewat Whatsapp atau pelanggan yang merasa mendaftar bisa cek ke website PLN.

Model kerja sama dengan PLN seperti itu?

Kerja sama kami bersama PLN hanya sebatas itu. Jadi PLN yang membantu verifikasi dan membantu menyalurkan dana bantuan donasi.

Berarti Light Up Indonesia ini menyasar ke orang-orang yang punya akses ke teknologi?

Kami menyasar kalangan prasejahtera yang tinggal di perkotaan dengan harapan mereka memiliki akses terhadap smartphone..

Siapa saja yang terlibat dalam Light Up Indonesia?

PLN dan Jennifer Claudia urusan operasional. Yang lain soal uang. Ini penting. Para pendonor memberikan janji, seperti Indika Foundation melakukan matching donation untuk pendonor individual. Kalau ada yang kasih Rp 100 ribu untuk bantu satu rumah, Indika akan melakukan hal serupa. Jadi, orang itu seolah memberikan Rp 200 ribu untuk dua rumah.

Do-it dan Dompet Kemanusiaan Metro (Media Group) juga sudah pledging, janji sekian untuk per bulan memberikan donasi. Kami tetap akan mencari lagi. Karena kalau kira-kira Rp 100 ribu untuk satu keluarga masing-masing satu rekening listrik, kalau kali 100 ribu ya kira-kira Rp 10 miliar.

Ada Fantastis Anak Bangsa (FAB). Itu kumpulan communication companies. Mereka yang bantuin kami launching, bikinin video, infografik. Setiap minggu mereka bikin live streaming untuk bantu donasi. Itu banyak banget. Kalau media partner juga banyak. Alibaba Cloud juga membantu menggratiskan server cloud kami.

Berapa angka donasi yang terkumpul saat ini?

Kami sebenarnya baru sampai di angka Rp 8 miliar. Yang Rp 2 miliar terakhir dari masyarakat crowdfunding. Mudah-mudahan sampai.

Masih ada waktu satu bulan untuk mencapai garis finish itu sampai kami membayarkan yang terakhir. Program ini untuk pembayaran listrik dari April sampai Juni.

Pendonor sekarang ada berapa banyak? Bisa diberi tahu detailnya?

Ada lebih seribu pendonor dari masyarakat yang berkontribusi di Light Up Indonesia. Di WeCare.id sudah ada 322 donatur yang masuk. Nanti plus BenihBaik, plus yang lain, sama yang OVO. Tapi saya belum tahu pastinya.

Kalau perusahaan besar ada Indika Foundation, Dompet Kemanusiaan, dan Schneider Electric. Ada enam kira-kira sekarang.

BELAJAR BERSAMA MANFAATKAN MEDIA TELEVISI
Anak-anak belajar di rumah selama pandemi corona. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.)

Skema donasinya seperti apa?

Skemanya bisa dilihat di situs lightupid. Di dalamnya ada dua hal, yang mau donasi tinggal sumbang uang sebagi pendonor. Yang mau daftar ya daftar sebagai yang membutuhkan. Amount yang tertulis di situ kan memang Rp 50 ribu minimum dan angka setelah itu terserah mau berapa saja.

Kami nanti akan kumpulkan di rekening yayasan. Lalu, kami bayar ke PLN sebulan sekali. Jadi kalau lihat di lightup.id itu kami punya meteran donor. Meteran donor itu ada di Rp 3,1 miliar, artinya itu uang yang sudah masuk ke rekening. Tinggal nunggu billing-nya dari PLN berapa, kita potong dari angka tersebut.

Ada hambatan menggalang dana dari unsur pendonor?

Di masa pandemi Covid-19 banyak sekali crowdfunding. Jadi orang yang mau memberi saja pusing, overwhelmed, karena terlalu banyak saluran untuk donasi. Memang uang yang ada di masyarakat untuk donasi itu agak terpecah konsentrasinya.

Kalau kami benar-benar charity, yayasan. Tujuannya untuk kemanusiaan, bukan untuk memperkaya diri sendiri atau menghindar dari membayar ongkos yang harus kami keluarkan untuk membantu pegawai kita yang kena Covid-19, misalnya. Untuk membedakan memang susah karena semua masuk ke platform crowdfunding.

Ada rencana membuat kampanye lain di tengah pandemi Covid-19?

Kami sedang berkonsentrasi di kampanye keringanan biaya listrik ini dulu. Idealnya kampanye ini diperpanjang sehingga perlu donasi yang berasal dari masyarakat supaya lebih banyak orang yang bisa dibantu.

Transaksi Light Up Indonesia ini benar-benar scriptless, digital, point to point, dan tepat sasaran. Yang membutuhkan rekeningnya sekian kami bayar. Tidak mungkin salah rumah, enggak mungkin salah kasih.

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...