RSPO Klaim 20% CPO Global Bersertifikat Berkelanjutan
Masih dalam sambutannya, D’Cruz juga menekankan bahwa komitmen keberlanjutan adalah sebuah perjalanan. “RSPO bersama dengan semua anggota, dengan melibatkan para pemangku kepentingan saling bergandengan tangan agar misi sawit berkelanjutan bisa dijalankan, sehingga menghasilkan dampak-dampak positif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi,” ucap D'Cruz.
Jika industri sawit dijalankan secara berkelanjutan, ini dapat berkontribusi pada pencapaian target net zero emission, mendorong kehidupan yang layak, meningkatkan kesejahteraan bagi jutaan keluarga di negara-negara berkembang, dan berkontribusi pada konservasi dan keanekaragaman hayati,” kata D'Cruz.
D'Cruz mengakui, banyak hal sudah dilakukan dan capaian yang didapatkan, namun masih banyak tantangan di depan. Salah satu tantangan tersebut adalah soal rantai pasok, mengenai bagaimana memastikannya agar berjalan secara berkelanjutan.
Pada konferensi pers di hari yang sama, D'Cruz mengatakan, RSPO sedang mengumpulkan data-data anggota RSPO sehingga bisa melacak apakah tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan berasal dari perkebunan sawit hasil deforestasi atau bukan.
Selain itu, Co-Chair RSPO Dato’ Carl Bek-Nielsen dalam konferensi pers yang sama menambahkan, anggota RSPO terikat pada komitmen prinsip dan kriteria RSPO. Sehingga, jika ada yang melakukan pelanggaran, maka pihak yang melanggar akan mendapat hukuman berat.
“Jika ada anggota RSPO yang melakukan deforestasi misalnya, maka perusahaan/pekebun tersebut kami banned, sehingga tidak bisa menjual hasil sawitnya ke pasar internasional,” tegas Carl.