Pupuk Indonesia Perkuat Ekonomi Sirkular demi Ketahanan Pangan
Pupuk Indonesia (PI) menegaskan komitmennya memperluas penerapan ekonomi sirkular sebagai strategi kunci menghadapi krisis iklim sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional. Hal ini disampaikan Direktur Operasi PT Pupuk Indonesia, Dwi Satriyo Annurogo, mewakili Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi, dalam sesi dialog di Paviliun Indonesia pada COP 30 di Belem, Brazil.
Satriyo menekankan bahwa ketahanan pangan tidak mungkin berkelanjutan tanpa adanya industri atau praktik bisnis yang bertanggung jawab.
“Kami percaya bahwa ekonomi sirkular berperan penting dalam mengamankan, baik target iklim dan ketahanan pangan. Tujuan kami jelas, yaitu untuk berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tegas Satriyo dalam sesi dialog bertajuk Redefining Fertilizer for Climate and Food Security through Circular Economy Strategy and Best Practices, Kamis (13/11).
Sebagai produsen pupuk berbasis nitrogen terbesar di Asia Pasifik dan MENA (Middle East and North Africa), Pupuk Indonesia memiliki peran strategis dalam transisi menuju industri hijau. Dengan kapasitas produksi mencapai 7 juta ton amonia dan 9,4 juta ton urea per tahun melalui lima anak perusahaan utama, PI memikul tanggung jawab besar untuk memastikan operasinya semakin rendah emisi di tengah melonjaknya kebutuhan pangan global.
Satriyo menjelaskan bahwa Pupuk Indonesia mengintegrasikan inovasi teknologi dengan solusi berbasis alam untuk menurunkan emisi karbon. Lebih lanjut, Pupuk Indonesia juga tengah menyiapkan transisi dari grey ammonia ke blue dan green termasuk pink ammonia sepanjang rentang 2030-2045, dan menargetkan untuk mencapai net zero emission pada 2050.
“Sekitar 95 persen pengurangan (emisi karbon) akan berasal dari teknologi. Adapun 5 persen sisanya akan diseimbangkan melalui solusi berbasis alam termasuk agroforestri, restorasi mangrove, dan program konservasi hutan,” ungkap Satriyo.
Manfaat Ganda Ekonomi Sirkular
Komitmen serupa dijelaskan Project Manager Sustainability dan Dekarbonisasi PT Pupuk Indonesia, Rina Mariyana. Ia menyampaikan bahwa PI kini beralih dari model produksi linear menuju sirkular, dengan fokus meminimalkan limbah dan mengubahnya menjadi sumber daya bernilai.
Beberapa inisiatif yang sudah berjalan meliputi waste heat utilization, penggunaan panel surya (solar PV), serta pengembangan produk rendah emisi seperti hybrid green ammonia dan controlled-release fertilizer.
Tidak hanya itu, PI juga menerapkan proses sirkular untuk mengurangi material terbuang serta memanfaatkan emisi karbon menjadi produk bernilai tambah seperti liquid CO2 , dry ice dan soda ash untuk kebutuhan industri. Limbah padat berupa fly ash dan bottom ash pun diolah kembali menjadi bahan pengisi pupuk NPK, soil stabilization dan media terumbu karang.
“Dalam proses produksi sirkular, kami tidak memandang limbah sebagai beban, melainkan sebagai sumber daya,” tegas Rina.
Implementasi ekonomi sirkular ini telah menghasilkan capaian yang terukur. PI berhasil menurunkan emisi dengan estimasi sekitar 2,28 juta ton CO₂e per tahun, menghemat biaya dengan estimasi sebesar USD 11,84 juta per tahun dan mencetak pendapatan tambahan dengan estimasi USD 13,85 juta per tahun.
“Dari sini kita bisa melihat bahwa sirkular ekonomi menghasilkan memberikan dampak berkelanjutan, dan juga dapat menghasilkan nilai untuk perusahaan,” imbuh Rina.
