Ekonomi Indonesia di Ambang Resesi
Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pada kuartal II-2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) minus 5,32% (year on year/ yoy). Ini merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir.
Jika dilihat dari komponen PDB berdasarkan pengeluaran, semua mencatatkan pertumbuhan negatif. Hal ini seiring adanya pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Konsumsi rumah tangga, sebagai motor utama penggerak perekonomian Indonesia tercatat minus 5,51%.
Kondisi ini sekaligus membawa perekonomian Indonesia ke ambang resesi “coronavirus”, seperti yang terjadi di sejumlah negara di dunia. Selain komponen PDB, beberapa indikator perekonomian domestik pun mengalami penurunan. Seperti penjualan sepeda motor yang turun 80% pada kuartal II-2020 terhadap periode yang sama 2019. Begitu pula dengan penjualan mobil yang merosot 89%. Sementara penjualan semen turun 11%.
Sumber ekonomi tertinggi terdapat di pulau Sumatera mengalami kontraksi paling dalam di antara wilayah lainnya. Ekonomi di Pulau Jawa hanya tumbuh -6,69%. Berbagai pihak turut mewaspadai dengan ancaman resesi yang telah melanda berbagai negara sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Secara teknikal, resesi merupakan pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Ekonom Senior Universitas Indonesia menyatakan, besar kemungkinan kontraksi ekonomi akan berlanjut pada kuartal III 2020 karena pandemi Covid-19 belum kunjung mencapai puncak kurva.