Indonesia dalam Rantai Bisnis Baterai Listrik
Sejumlah produsen baterai listrik asing tertarik menanamkan modalnya di Indonesia. Contemporary Amperex Technology atau CATL, misalnya, berinvestasi US$ 5 miliar dan akan bekerja sama dalam holding Indonesia Battery Corporation (IBC).
Selain itu, LG Energy Solution asal Korea Selatan dan Tesla dari Amerika Serikat kini dalam proses negosiasi untuk mengucurkan dananya. Ketiganya diprediksi punya kapasitas produksi baterai listrik terbesar di dunia pada 2028. (Baca: Bukan Baterai, Tesla Minati Investasi Penyimpanan Energi di Indonesia)
Selain tiga investor tersebut, pemerintah masih membidik beberapa produsen baterai listrik lain untuk menjalin kerja sama. Mereka adalah BYD (Tiongkok), Samsung SDI (Korea Selatan), Panasonic (Jepang), dan Farasis (Tiongkok).
Ketertarikan tersebut disebabkan Indonesia memiliki cadangan bahan baku baterai listrik yang besar. Aluminimun sebesar 1,2 miliar ton, tembaga 51 juta ton, mangan 43 juta ton, dan nikel 21 juta ton. Tiga lokasi pun potensial sebagai lahan tambang dan smelter bahan baku itu, yakni Halmahera (Maluku Utara), Konawe Utara (Sulawesi Tenggara), dan Pulau Gag (Papua Barat).