Hilirisasi Berkelanjutan: Menjawab Tantangan, Menggali Peluang
Pemerintah menegaskan komitmen untuk mengelola tantangan soal lingkungan di dalam implementasi kebijakan hilirisasi. Hal ini bertujuan agar hilirisasi tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi tetapi juga berlangsung secara berkelanjutan.
Setidaknya terdapat tiga tantangan terkait isu lingkungan, yaitu pengelolaan polusi dan limbah, perubahan tutupan lahan, serta dominasi energi fosil. Ketiganya berisiko mengganggu ekosistem jika tidak dikelola secara tepat.
Pada dasarnya, hilirisasi menawarkan beragam manfaat bagi perekonomian. Kebijakan ini dapat melepaskan Indonesia dari kutukan sumber daya alam (SDA). Sebab, hilirisasi mampu mendorong transformasi struktural.
Kementerian ESDM mencontohkan, pertumbuhan ekonomi daerah pusat industri hilirisasi terpantau jauh melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang di level 5,03 persen. Morowali misalnya, tumbuh mencapai 15,26 persen pada 2024, sedangkan Halmahera Tengah sebesar 18,4 persen.
Kontribusi industri terhadap PDRB daerah pusat hilirisasi juga melampaui kontribusi industri pada tataran nasional yang sebesar 19 persen pada 2024. Kontribusi Morowali mencapai 73,6 persen, sedangkan Halmahera Tengah sebesar 60,14 persen.
Pendapatan angkatan kerja lokal di sana juga melebihi rata-rata nasional yang berkisar Rp2,57 juta. Tepatnya, di Morowali sebesar Rp3,96 juta dan Halmahera Tengah Rp2,91 juta.
Hilirisasi jelas membuka peluang besar yang menjanjikan. Produk strategis seperti baterai berbasis nikel diproyeksikan mencapai permintaan domestik sebesar 392 GWh hingga 2034. Sedangkan panel surya berbahan dasar silika dan bauksit, kebutuhannya diperkirakan mencapai 140,5 GW hingga 2034.
Dari sisi ekonomi, potensi investasi hilirisasi diperkirakan menembus USD618 miliar hingga 2040, menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 3 juta orang. Saat ini, terdapat 18 proyek hilirisasi dengan nilai investasi mencapai USD38,6 miliar yang berpotensi menyerap 274 ribu tenaga kerja.
Guna memastikan berbagai peluang dan manfaat yang ada bisa tercapai, pemerintah melakukan sejumlah langkah strategis menuju hilirisasi berkelanjutan. Salah satunya pengawasan ketat terhadap limbah dan polusi akibat aktivitas industri. Hal ini disertai percepatan penggunaan energi baru terbarukan.
