Kisah Nyai Dasima Tokoh Fiksi yang Hidup di Batavia

Tifani
Oleh Tifani
21 September 2022, 12:45
Nyai Dasima
ANTARA FOTO/Paramayuda/hp.
Suasana Taman Fatahillah di depan museum Sejarah Jakarta tampak sepi karena kebijakan penutupan tempat wisata sebagai upaya kewaspadaan penyebaran COVID-19, di Jakarta, Sabtu, (4/4/2020). Sampai dengan hari ini jumlah pasien positif covid-19 sebanyak 2.092 orang dengan rincian 1.751 masih dirawat, 150 sembuh dan 191 meninggal.

Nyai Dasima menjadi salah satu cerita legenda yang berkembang di Kota Jakarta. Kisah hidup Sang Nyai bukan sekadar cerita cinta picisan. Cerita Nyai Dasima menyimpan sentimen rezim penjajah hingga dilema soal agama.

Kisah Nyai Dasima begitu melegenda di Jakarta sejak bernama Batavia, sehingga orang-orang menganggap Nyai Dasima benar-benar sosok yang pernah hidup di masa lalu.Kehidupan para "nyai" berkembang di masa pendudukan Kota Batavia oleh kolonial Belanda dan Inggris. Mereka adalah para perempuan pribumi yang hidup serumah dengan lelaki Eropa yang punya kedudukan tinggi.

Para nyai itu dijadikan gundik atau wanita peliharaan oleh para lelaki Eropa. Mereka hidup laksana sepasang suami-istri, bahkan sampai punya anak, tapi tanpa nikah atau ikatan perkawinan.

Latar Belakang si Tokoh Fiksi

Dikutip dari buku Kisah-Kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, Nyai Dasima lahir di Desa Kuripan, Bogor, Jawa Barat. Setelah besar, dia mengadu nasib ke Batavia.

Di kota ini Nyai Dasima bekerja pada seorang pria Inggris kaya raya yang bernama Edward Williams. Lelaki ini adalah orang kepercayaan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles. Pada masa itu secara administratif Inggris berkuasa di Hindia Belanda. Raffles menggatikan Gubernur Jenderal Deandels.

Pesona Kecantikan Nyai Dasima tidak mampu ditolak oleh tuannya, dia pun dijadikan seorang gundik. Awalnya mereka bermukim di Curug, Tangerang. Lalu pindah ke kawasan Gambir, Batavia. Tepatnya di Pejambon, kini di belakang gedung Pertamina dan Departemen Agama. Di belakang rumah tersebut mengalir Kali Ciliwung, yang kala itu masih lebar dan airnya jernih.

Nyai Dasima rela jadi gundik, karena pada masa itu kedudukan seorang gundik dianggap lebih terhormat dibandingkan seorang pembantu rumah tangga. Para pejabat Belanda dan Eropa yang datang ke Batavia umumnya memang tak membawa istri. Akhirnya mereka lebih suka memelihara gundik.

Sebagai orang kaya, Nyai Dasima bersama putrinya berkeliling dengan delman ke Prapatan, Senen, Gang Kenanga, sampai ke Kampung Kwitang di setiap sore. Mereka sering berpapasan dengan Samiun, lelaki Betawi yang sudah beristri.

Samiun juga terpesona akan kecantikan Nyai Dasima. Namun, Samiun memiliki siasat licik untuk memperistri Nyai Dasima. Ia menyuruh seorang perempuan tua bernama Mak Buyung untuk pura-pura menjadi pembantu sang nyai. Dengan menjadi pembantu Sang Nyai, perempuan tua itu berhasil membujuk sang nyai untuk belajar agama Islam. Dikatakan oleh Mak Buyung bahwa Nyai Dasima sudah berdosa karena telah menjadi "piaraan" tuannya. Disebutkan oleh perempuan tua itu bahwa Nyai Dasima sudah melakukan zina.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...