Saingi Netflix, Disney Incar Pangsa Pasar Asia Tenggara
Perusahaan penyedia layanan video on-demand (VoD) Disney+ akan mengembangkan pasar Asia Tenggara dengan meluncurkan layanan di banyak negara hingga merekrut tenaga kerja. Upaya itu dilakukan Disney+ untuk bisa bersaing dengan Netflix.
Mengutip Nikkei Asia Review, layanan Disney+ saat ini menguasai 40% pangsa pasar di 10 negara Asia Tenggara. Juni lalu, Disney+ meluncurkan layanan VoD di Malaysia, menyusul di Thailand pada akhir bulan.
Sedangkan di Indonesia, Disney+ sudah hadir sejak tahun lalu. Kemudian, di Singapura pada Februari tahun ini.
Disney+ juga gencar merekrut tenaga kerja untuk menguatkan posisinya di Asia Tenggara. Perusahaan mencari tenaga kerja di bidang periklanan, seperti manajer komunikasi dan media sosial untuk kawasan Asia Tenggara, serta manajer pertumbuhan dan akuisisi untuk Singapura dan Malaysia.
Dari sisi produk, perusahaan juga merilis berbagai film yang bertema Asia dan budaya kawasan untuk lebih dekat dengan pasar Asia Tenggara. Diantaranya seperti film superhero Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings, serta film animasi Raya and the Last Dragon yang menonjolkan cerita dan pemeran dari Asia.
Presiden Almington Capital Merchant Bankers John Engle mengatakan bahwa upaya Disney+ mengembangkan pasar Asia Tenggara, lantaran potensial pangsa pasar yang besar. "Asia Tenggara mewakili pasar besar, dengan kekayaan yang terus meningkat dan memiliki sejarah panjang konsumsi media barat," kata John dilansir dari Nikkei Asian Review, Kamis (8/7).
Pasar Asia Tenggara juga menurutnya cocok untuk Disney+. "Mereka (Disney+) telah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk menyesuaikan lebih banyak konten, termasuk film dan serial blockbuster," ujarnya.
Berdasarkan data dari Google, Temasek dan Bain & Company, nilai ekonomi internet Asia Tenggara diperkirakan tumbuh tiga kali lipat di 2025 dibandingkan 2020. Nilainya pun diprediksi ikut terkerek menjadi US$ 300 miliar.
Selain potensial, Disney+ juga mengincar pangsa pasar Asia Tenggara untuk menyaingi Netflix. Netflix sudah lebih dahulu hadir di Asia Tenggara yakni sejak 2016. Sekarang, layanan Netflix juga telah hadir di semua negara Asia Tenggara.
Kepala eksekutif Vistas Media Capital Abhayanand Singh mengatakan, Disney+ dan Netflix akan bersaing memanfaatkan konten eksklusif dan kepemilikan karakter fiksinya. "Ini untuk memastikan loyalitas konsumen dan pertumbuhan pelanggan," katanya.
Disney+ mengandalkan rilisan berbagai serial fiksi seperti Star Wars dan The Avengers. Sedangkan, Netflix menawarkan konten eksklusif seperti serial Stranger Things dan The Crown.
"Pada akhirnya itu akan ditentukan layanan mana yang dapat menyediakan program berkualitas lebih tinggi dengan harga yang kompetitif," kata Singh.
Diketahui, hingga kuartal keduanya, Disney+ telah mengumpulkan hampir 104 juta pelanggan berbayar secara global. Pada 2024, Disney menargetkan untuk menggaet 230 juta pelanggan.
Sedangkan, Netflix pada akhir 2020 telah memiliki lebih dari 200 juta pelanggan berbayar secara global. Untuk kawasan Asia-Pasifik, Netflix telah memiliki 20 juta pelanggan.
Saat ini, Statista mencatat bahwa Netflix masih memimpin pasar VoD global. Pada 2024, pasar Netflix diprediksi 23%. Posisi kedua ditempati oleh Amazon melalui Amazon Prime Video dengan pangsa pasar 13%. Sedangkan Disney+ hanya 8%. Lalu, Apple TV sekitar 1%.