Data Tenaga Kerja AS di Bawah Proyeksi, Sinyal The Fed Akan Berubah?
Lonjakan kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) membuat pertumbuhan lapangan kerja per Agustus cenderung lesu. Data tenaga kerja tersebut berpotensi mempengaruhi arah kebijakan bank sentral AS atau The Federal Reserve atau The Fed terkait rencana pelonggaran stimulus moneter melalui kebijakan pengurangan belanja obligasi.
Gubernur The Fed Jerome Powell pekan lalu menegaskan, pemulihan ekonomi sedang berlangsung. Namun, dia belum memberikan sinyal kapan bank sentral AS akan memangkas belanja asetnya, tetapi memungkinkan tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat data non farm payrolls (NFP) AS hanya naik 235 ribu per Agustus, catatan per Juli 1,05 juta. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 5,2%.
Pertumbuhan NFP AS di Agustus tersebut jauh di bawah proyeksi analis dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan 733 ribu per Agustus. Sedangkan pada survei Reuters, ekonom memprediksi data NFP AS bulan lalu meningkat 750 ribu pekerjaan.
Perlambatan perekrutan mencerminkan kekhawatiran yang berkembang terkait penyebaran Covid-19 varian Delta. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, sebanyak 5,6 juta orang melaporkan tidak dapat bekerja karena pandemi per Agustus. Angka tersebut naik dari 5,2 juta dari bulan sebelumnya.
“Kami tentu tidak mengharapkan pengumuman (pemangkasan belanja obligasi) dilakukan pada pertemuan bulan ini. Pengumuman resmi kemungkinan baru di Desember,” kata Kepala ahli strategi makro TD Securities Jim O’Sullivan, dilansir dari Reuters.
Meningkatnya kasus Covid-19 membuat beberapa pengangguran memilih tetap di rumah, sehingga menyulitkan rencana pengusaha meningkatkan perekrutan. Selain itu, lonjakan kasus dalam dua bulan terakhir turut menekan permintaan untuk perjalanan dan hiburan yang merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi AS.
“Varian Delta seperti badai pasir dalam ekonomi yang cerah. Jika bukan karena itu, lapangan kerja di Agustus akan lebih tinggi lagi," kata profesor keuangan dan ekonomi di Loyola Marymount University di Los Angeles, Sung Won Sohn dilansir dari Reuters, Jumat (3/9).
Kasus Covid-19 telah membatasi aktivitas konsumen di luar rumah, pergi ke sekolah, hingga kantor. Kondisi tersebut turut menghambat bisnis pengusaha dan lebih berhati-hati melakukan perekrutan tenaga kerja.
Pekerjaan di sektor rekreasi dan perhotelan cenderung stagnan pada Agustus, tertahan oleh penurunan pekerjaan sebesar 42 ribu di restoran dan bar. Adapun untuk perdagangan ritel, konstruksi, pemerintah dan pekerjaan perawatan kesehatan juga menurun bulan lalu.
Pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) menekankan pentingnya laporan ketenagakerjaan bulanan sebagai panduan bank sentral dalam menetukan arah kebijakan ke depan.
Penggajian manufaktur diperkirakan telah meningkat sebesar 25 ribu pekerjaan bulan lalu. Perekrutan pabrik dibatasi oleh kekurangan input, terutama semikonduktor, yang telah menekan produksi dan penjualan kendaraan bermotor. Kekurangan bahan baku juga mempersulit bisnis untuk mengisi kembali persediaan.
Penjualan kendaraan bermotor jatuh 10,7% pada Agustus, mendorong ekonom di Goldman Sachs dan JPMorgan untuk memangkas perkiraan pertumbuhan PDB kuartal ketiga ke tingkat tahunan 3,5% dari setinggi 8,25%.
Laporan data AS pekan ini menunjukkan ukuran kontrak kerja pabrik dan gaji swasta di bawah ekspektasi. Tetapi perekrutan oleh usaha kecil dipercepat dan pandangan konsumen tentang pasar tenaga kerja tetap cukup optimis.
Selama beberapa tahun terakhir, termasuk pada tahun 2020, cetakan gaji awal Agustus telah melampaui ekspektasi dan lebih lambat dari pertumbuhan pekerjaan rata-rata tiga bulan hingga Juli.
"Efek COVID mungkin membuat perbandingan tren ini kurang bermanfaat, namun, gaji bulan Agustus telah direvisi lebih tinggi dengan dua laporan pekerjaan berikutnya dalam 11 dari 12 tahun terakhir, termasuk tahun lalu," kata Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital di New York.