Harga Emas Naik Dipicu Lesunya Data Tenaga Kerja Amerika

Intan Nirmala Sari
6 September 2021, 09:51
harga emas, amerika serikat, the federal reserve, berita hari ini
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi emas batangab PT Aneka Tambang di butik Gedung Ravindo, Jakarta (14/10/2019). Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Senin (14/10/2019) berada di angka Rp 754.000 per gram.

Pergerakan harga emas sempat melambung ke level tertingginya dalam 2,5 bulan terakhir di kisaran US$ 1.828 per troy ons. Pemicu kenaikan berasal dari data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lesu dan membuat pasar kembali melirik aset lindung nilai atau safe haven seperti emas.

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk turun Rp 1.000 ke level Rp 942 ribu per gram pada perdagangan hari ini (6/9). Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau harga jual emas juga turun ke level Rp 836 ribu per gram.

Sementara itu, melansir Bloomberg pada perdagangan pagi ini, harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Desember 2021 turun 0,26% ke level US$ 1.829 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,02% ke level US$ 1.828 per troy ons. Adapun untuk indeks dolar AS spot naik 0,14% ke 92,16.

Melansir Reuters, harga naik seiring data pekerjaan AS yang mengecewakan. Kondisi tersebut juga mengisyaratkan bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menunda rencananya untuk mengurangi stimulus moneter.

Emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, sementara kenaikan suku bunga acuan dapat meningkatkan biaya pemegang emas sehingga tidak memberikan imbal hasil.

Data Departemen Tenaga Kerja AS untuk non-farm payrolls (NFP) Agustus 2021 hanya tumbuh 235 ribu pekerjaan. Capaian tersebut jauh di bawah ekspektasi ekonomi yang mengharapkan pertumbuhan hingga 728 ribu pekerjaan. Lesunya data tenaga kerja AS bulan lalu terjadi karena rendahnya perekrutan di sektor reksreasi dan perhotelan akibat meningkatnya kasus Covid-19.

Di sisi lain, indeks dolar AS sempat turun pada perdagangan akhir pekan lalu, membuat kepemilikan untuk emas menjadi lebih terjangkau di pasar. Harga emas dan pergerakan indeks dolar AS saling berkaitan.

Emas dan dolar AS dianggap sebagai aset lindung nilai alias safe haven ketika kondisi ekonomi dan politik menghadapi ketidakpastian. Indeks dolar AS yang tinggi akan berdampak pada besarnya biaya kepemilikan emas, sehingga mampu menekan harga logam kuning tersebut, begitu juga sebaliknya.

“Angka (tenaga kerja) yang lebih lemah akan cukup positif untuk emas, karena memperkuat prospek The Fed berhati-hati terhadap ekonomi AS,” kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes dilansir dari Reuters, Jumat (3/9).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...