Laba PGN Kuartal III Melonjak 437%, Punya Kemampuan Kuat Lunasi Utang
Subholding gas PT Pertamina, yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengklaim kondisi keuangannya masih jauh dari potensi rugi. Emiten dengan kode saham PGAS ini juga optimistis mampu meningkatkan kinerja operasional dan keuangan ke depan.
Selain itu, pemerintah optimistis kondisi keuangan masih sesuai rencana jangka panjang perusahaan atau RJPP, dan pemenuhan kewajiban. Apalagi, lembaga pemeringkat Moody's memberikan peringkat Baa2 kepada kinerja keuangan PGN. Sedangkan peringkat dari Fitch BBB- dengan outlook stable.
Kedua lembaga pemeringkat tersebut memandang kondisi keuangan PGAS masih pada kategori investment grade, artinya perusahaan minyak dan gas alias migas tersebut masih memiliki tingkat kesehatan keuangan yang sangat baik. Selain itu, PGAS diproyeksikan bisa memenuhi semua kewajiban-kewajibannya, termasuk kewajiban pelunasan utang.
Hal tersebut disokong kinerja operasional PGN yang menunjukkan tren positif dengan membukukan pendapatan US$ 2,25 miliar hingga kuartal III tahun ini. Alhasil, perusahaan migas tersebut berhasil mencatatkan laba operasi US$ 326 juta.
PGN juga berhasil membukukan laba didistribusikan ke induk menjadi US$ 286,2 juta per September 2021. Capaian tersebut melonjak 436,9 % dibandingkan periode sama tahun lalu.
Adapun, volume niaga gas selama periode Januari – September 2021 sebesar 873 BBTUD atau naik dibandingkan volume niaga gas periode yang sama tahun lalu, yakni 812 BBTUD (YoY).
"Untuk volume transmisi pada periode yang sama 2021 sebesar 1.238 MMSCFD. Posisi PGN sebagai Subholding Gas Pertamina semakin memperkuat kinerja konsolidasi dan peningkatan pemanfaatan gas di sektor kilang, transportasi marine dan tentunya kemudahan akses terhadap pasokan dari hulu," ujar Sekretaris Perusahaan PT PGN Tbk, Rachmat Hutama dalam keterangan resmi, Sabtu (18/12).
Adapun posisi keuangan konsolidasi PGN per 30 September 2021, yakni total aset sebesar US$ 7,54 miliar, total liabilitas US$ 4,25 miliar, total ekuitas US$ 3,29 miliar, serta rasio lancar (perbandingan aset lancar dengan liabilitas jangka pendek) sebesar 2,24 kali. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih sangat baik.
"Rasio debt service (EBITDA) PGN sebesar 2,69 kali, memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman masih mencukupi," kata Rachmat.
Adapun tingkat leverage PGN yang dicerminkan oleh rasio Debt-to-Equity (DER) per TW III 2021 adalah 0,89 kali, nilai ini masih dibawah batas financial covenant (maksimal 2,33 kali) yang disyaratkan oleh lender PGN.
Kinerja PGAS per September 2021, sekaligus menunjukan kondisi leverage emiten energi yang baik, dengan performance keuangan yang sehat, sehingga jauh dari potensi rugi serta cukup terbuka ruang pendanaan eksternal untuk pengembangan perusahaan. Rachmat juga menambahkan, saldo kas PGN per 30 September 2021 sebesar US$ 1,4 milliar, sehingga dapat diproyeksikan dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang.
Manajemen PGAS juga memastikan, kinerja yang baik dan kendali PGN satu tingkat di bawah Pertamina tidak mempengaruhi kemampuan PGN dalam memenuhi kewajiban utang-utangnya. Hal tersebut juga tidak akan memengaruhi posisi keuangan Pertamina lebih lanjut.
Secara grup, PGN juga mencetak volume upstream sebesar 6,46 MMBOE, Regasification sebesar 88 BBTUD, LPG Processing sebesar 101 TPD, dan Oil Transport sebesar 9.301 BOEPD. Perseroan juga mampu meningkatkan pangsa pasar melalui penambahan jumlah pelanggan di berbagai sektor, sampai Triwulan III 2021 telah melayani lebih dari 600.000 pelanggan dengan cakupan jaringan pipa gas bumi sepanjang lebih dari 10.760 km.
Dengan kinerja upstream yang meningkat dan harga minyak yang terkoreksi, hal ini berdampak langsung terhadap kinerja Saka Energi afiliasi Subhoding Gas.
"Berdasarkan laporan keuangan Saka Energi, Triwulan III/ 2021, saldo kas Saka USD 250.9 juta dan diproyeksikan dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang yang akan jatuh tempo pada Mei 2024. Selain itu kinerja keuangan SAKA Energi TW III juga juga memperlihatkan tren semakin membaik dengan membukukan EBITDA USD 174 juta," ujar Rachmat.