Faktor The Fed hingga Covid-19 di Cina, Harga Emas Bergerak Tipis

Intan Nirmala Sari
26 November 2022, 09:32
Pramuniaga menunjukkan emas untuk investasi atau batangan Antam di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Kamis (10/3/2022). Pengusaha emas setempat mengatakan fluktuasi harga emas yang cenderung meningkat dan berada di kisaran Rp1.012.000 per gram akib
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.
Pramuniaga menunjukkan emas untuk investasi atau batangan Antam di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Kamis (10/3/2022). Pengusaha emas setempat mengatakan fluktuasi harga emas yang cenderung meningkat dan berada di kisaran Rp1.012.000 per gram akibat dipengaruhi krisis perang Rusia - Ukraina membuat transaksi buyback atau pembelian kembali dalam dua pekan terakhir meningkat hingga 13 persen.

Harga emas global masih bertahan di kisaran level tertingginya dalam sepekan terakhir, pada perdagangan Jumat (25/11). Hal itu terjadi seiring penerapan pembatasan di Cina yang merupakan konsumen terbesar emas di dunia. Selain itu, dolar AS mengalami kenaikan, seiring ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed tengah mengurangi sikapnya untuk menaikkan suku bunga acuan.  

Redupnya sinyal The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan, berpotensi mendorong naik harga logam mulia global. Melansir Reuters, pada perdagangan Jumat (4/11), harga emas spot sempat menyentuh level US$ 1.761,17 per troy ons. Sedangkan untuk harga emas berjangka naik 0,5% ke level US$ 1.754 per troy ons.

Advertisement

Tak hanya emas global alias harga emas spot yang menunjukkan kenaikan. Harga emas Antam di Tanah Air juga mengalami kenaikan. Pada perdagangan Sabtu (26/11) harga logam mulia mengalami kenaikan Rp 1.000 per gram dari hari sebelumnya, menjadi Rp 981 ribu per gram. Begitu juga dengan harga buyback yang tercatat naik Rp 1.000 per gram, menjadi Rp 885 ribu.

Di sisi lain, indeks dolar AS mengalami kenaikan 0,2%, membuat harga emas lebih mahal untuk dimiliki investor di luar negeri. Ditambah lagi, konsumen emas terbesar dunia, Cina pada Jumat (25/11) melaporkan rekor kasus Covid-19 dan sebagian kota-kota di Negeri Tirai Bambu memberlakukan pembatasan. 

"Situasi Covid-19 di Cina tampaknya tidak menjadi lebih baik, itu akan menjadi masalah utama bagi pasar, tidak hanya emas, tetapi untuk semua pasar selama beberapa pekan ke depan," kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals, dilansir dari Reuters, Jumat (25/11).

Harga emas dan pergerakan indeks dolar AS saling berkaitan. Keduanya dianggap sebagai aset lindung nilai alias safe haven ketika kondisi ekonomi dan politik menghadapi ketidakpastian. Indeks dolar AS yang tinggi akan berdampak pada besarnya biaya kepemilikan emas, sehingga mampu menekan harga logam kuning tersebut. Sebaliknya, saat indeks dolar AS turun, pasar akan mulai berburu emas, sehingga permintaan dan harganya meningkat.

Emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, sementara kenaikan suku bunga acuan dapat meningkatkan biaya pemegang emas sehingga tidak memberikan imbal hasil.

Nilai pada emas perhiasan dan emas untuk investasi berbeda. Hal tersebut bergantung pada tingkat gramasi dan kandungan emas murni pada produk tersebut. Umumnya, emas batangan dipilih untuk investasi, karena semakin besar gramasi semakin baik harga yang diperoleh atau mendekati pergerakan harga emas global.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement