Rupiah Dibuka Menguat, The Fed Kirim Sinyal Perlambatan
Rupiah dibuka menguat 19 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 15.646 per dolar AS di pasar spot pagi ini Jumat (25/11). Nilai ini membaik dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.665 per dolar AS.
"Dolar AS melemah sejak risalah pertemuan Bank Sentral AS, The Fed pada Rabu malam (23/11)," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong seperti dikutip dari Antara Jumat (25/11).
Fed memberi sinyal akan menaikkan suku bunga pada tingkat yang lebih rendah ke depannya. Sikap yang dovish ini menekan mata uang Negeri Paman Sam.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, rupiah akan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat pada Jumat (25/11). Rentang pergerakannya berada di Rp. 15.640 per dolar AS-Rp 15.690 per dolar AS.
Menurut Ibrahim, pembacaan yang ditunggu-tunggu dari pertemuan Fed 1-2 November menunjukkan para pejabat sebagian besar puas bahwa mereka sekarang dapat bergerak dalam langkah-langkah yang lebih kecil. Bulan ini, The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar tiga perempat poin persentase untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi.
“Tetapi data harga konsumen AS yang sedikit lebih dingin dari perkiraan telah memicu harapan akan laju kenaikan yang lebih moderat<” ujar Ibrahim.
Ia menjelaskan risalah The Fed menunjukkan para pembuat kebijakan mengakui hanya ada sedikit kemajuan yang dapat dibuktikan pada inflasi dan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan.Selain itu meningkatnya kasus virus corona telah menyebabkan kota-kota China memberlakukan lebih banyak pembatasan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran investor tentang ekonomi dan membatasi selera risiko.
Dari sisi internal Ibrahim menilai aksi Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen sebagai langkah yang tepat. Kenaikan suku bunga diyakini bisa meredam inflasi.
“Tidak sekedar meredam pelemahan nilai tukar tetapi kenaikan suku bunga juga bisa meredam inflasi. Artinya pengetatan demand, menurunkan demand, dalam rangka untuk mengurangi tekanan inflasi,” ujar Ibrahim.
Menurut Ibrahim, dari sisi moneter kenaikan suku bunga acuan memang dinilai bisa mengendalikan inflasi. Namun kebijakan ini berdampak kepada perekonomian yang melambat. Sedangkan dari sisi fiskal, instrumen stok barang harus dilakukan untuk mengendalikan harga komoditas dalam negeri.
Nilai Tukar Yuan Melemah
Berbeda dengan penguatan rupiah, Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah risalah pertemuan terbaru Fed mendorong sentimen risiko dan membatasi daya tarik greenback di tengah perdagangan lesu karena libur Thanksgiving di AS.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,24 persen menjadi 105,8180. Pernyataan dalam risalah Fed memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan berikutnya di pertengahan Desember, daripada kenaikan 75 basis poin yang disampaikan pada masing-masing dari empat pertemuan terakhirnya.
Pada Kamis (24/11), rupiah ditutup menguat 22 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp15.665 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.687 per dolar AS.
Berbeda dengan rupiah, Yuan tergelincir 138 basis poin menjadi 7,1339 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat. Posisi ini berbalik melemah dari kenaikan dua hari berturut-turut masing-masing 80 basis poin dan 386 basis poin, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing China.
Di pasar spot valuta asing China, yuan diperbolehkan naik atau turun sebesar 2,0 persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan. Kurs tengah yuan terhadap dolar AS didasarkan pada rata-rata tertimbang harga yang ditawarkan oleh pelaku pasar sebelum pembukaan pasar uang antar bank pada setiap hari kerja.