Unicorn Berpotensi Penggerak IHSG Jangka Panjang Seperti di Bursa AS

Image title
8 Juli 2021, 15:57
IHSG, ipo unicorn, IPO goto, ipo bukalapak
Katadata/desy setyowati
Ilustrasi, tampilan aplikasi startup unicorn Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO

Saham-saham perusahaan rintisan berstatus unicorn yang akan tercatat di Bursa Efek Indonesia dinilai bisa menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), meski membutuhkan waktu yang lama.

"Apakah dengan masuknya GoTo dan Bukalapak bisa menjadi driver IHSG? Saya rasa masih butuh waktu," kata Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina dalam konferensi pers, Kamis (8/7).

Advertisement

Martha berkaca pada saham-saham sektor teknologi yang tercatat di bursa Amerika Serikat saat ini, seperti Apple, Google, atau Amazon bisa menjadi penggerak indeks. Meski begitu, saham-saham tersebut bisa menjadi besar setelah puluhan tahun melakukan IPO.

"Bahwa seperti Amazon dan Google butuh waktu puluhan tahun, jadi mereka IPO pada 1996 dan 1997. Untuk menjadi perusahaan terbesar di dunia saat ini, masih butuh waktu," kata Martha.

Rencana IPO unicorn di BEI, seperti Bukalapak dan GoTo, dinilai bisa menjadi pilihan tambahan untuk investor menanamkan modal. Salah satu daya tarik perusahaan yang bergerak di sektor teknologi adalah pertumbuhannya sangat cepat.

Dengan demikian, investor memiliki pilihan untuk berinvestasi pada sektor yang bertumbuh seperti saham teknologi atau menempatkan modalnya di sektor konvensional seperti perbankan, telekomunikasi, atau saham-saham infrastruktur.

"Tapi balik lagi bahwa arahnya ke sana karena ada shifting dari yang konvensional ini ke arah teknologi tapi tetap butuh waktu," kata Martha.

Pada kesempatan yang sama, Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas Roger menilai IPO unicorn memang berpotensi memunculkan minat besar investor ritel melakukan investasi. Namun, untuk saat ini minat tersebut masih belum banyak.

Berdasarkan hasil pengecekannya di lapangan kepada nasabah Mirae Asset, peminat investasi di unicorn masih belum terlalu banyak. Ada sejumlah alasan, yang membuat investor ritel masih mengurungkan minarnya tersebut, salah satunya terkait dengan harga penawaran saham IPO.

"Jadi, itu juga menjadi pertimbangan dalam hal sisi harga, apakah nanti di IPO dijual dengan harga mahal atau bisa terjangkau oleh ritel," kata Roger.

Harga penawaran tersebut penting untuk menilai apakah harga saham unicorn ini tergolong mahal atau murah. Pasalnya, melihat dari kinerja keuangan saham-saham di sektor teknologi saat ini, banyak dari emiten yang masih mencatatkan kinerja yang negatif.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement