Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam? Ini Penjelasannya

Annisa Fianni Sisma
13 September 2023, 11:14
Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam
Pexels
Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam

Rabu Pungkasan atau yang juga dikenal sebagai Rebo Wekasan dalam Bahasa Jawa, merupakan hari Rabu terakhir dalam bulan Safar pada Kalender Hijriyah. Di kalangan sebagian masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura, Rebo Wekasan dianggap sebagai hari yang membawa musibah.

Untuk menghindari musibah tersebut, pada hari Rebo Wekasan masyarakat biasanya melakukan beberapa kegiatan. Seperti melakukan tahlilan, membagikan makanan dalam bentuk gunungan atau selamatan, serta melaksanakan shalat sunah lidaf'il bala secara bersama-sama.

Bulan Shafar sendiri adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah Islam. Sebagaimana bulan-bulan lainnya, bulan ini berjalan sesuai dengan kehendak Allah dan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan. Berkaitan dengan itu, simak penjelasan apa itu Rebo Wekasan dalam Islam sebagai berikut.

Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam?

Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam
Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam (Pexels)

Terdapat keyakinan yang umum di kalangan muslim di Indonesia bahwa Rabu terakhir bulan Safar adalah hari yang sangat buruk. Keyakinan ini berasal dari para ulama sufi yang mengklaim bahwa ribuan musibah terjadi pada hari tersebut.

Banyak orang yang mengikuti dan mempercayai klaim ini sebagai kebenaran sehingga beberapa tradisi dilakukan untuk menghindari musibah tersebut. Hal ini berawal saat bangsa Jahiliyah di masa lampau kerap menilai bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Anggapan sial ini sudah dikenal oleh masyarakat jahiliyah dan beberapa masyarakat muslim hingga kini.

Berkaitan dengan anggapan ini, Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam al-Bukhari dan Muslim).

Ungkapan hadits laa 'adwaa' atau tidak ada penularan penyakit tersebut bertujuan untuk menyatakan keyakinan golongan jahiliyah yang keliru, yaitu bahwa penyakit dapat menular dengan sendirinya tanpa melibatkan kehendak Allah. Baik sakit maupun sehat, musibah atau keselamatan, semuanya bergantung pada kehendak Allah.

Penularan hanya merupakan sarana untuk melaksanakan takdir Allah. Namun, walaupun semuanya kembali kepada Allah, manusia tetap diwajibkan untuk berusaha agar terhindar dari segala musibah. Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah unta yang sakit didatangkan pada unta yang sehat."

Maksud hadits laa thiyaarata atau tidak diperbolehkan meramalkan hal-hal buruk adalah bahwa kita hanya bergantung pada Allah, bukan pada makhluk atau ramalan. Hanya Allah yang menentukan yang baik dan buruk, yang selamat dan sial, yang kaya dan miskin.

Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam
Apa Itu Rebo Wekasan dalam Islam (Pexels)

Oleh karena itu, zaman atau masa tidak berpengaruh terhadap takdir Allah. Seperti waktu-waktu lainnya, ada takdir buruk dan takdir baik.

Empat hal yang disebutkan dalam hadis di atas adalah hal-hal yang tidak disukai oleh Rasulullah. Kedua yakni yang menunjukkan pentingnya tawakal kepada Allah dan memiliki tekad yang benar, agar orang yang kecewa tidak lemah ketika menghadapi hal-hal tersebut.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement