Krisis Listrik Cina Paksa Perusahaan Batasi Produksi, Termasuk Toyota
Setelah krisis cip semikonduktor, rantai pasokan global kembali terganggu akibat krisis energi listrik yang dialami Cina. Pabrik-pabrik eksportir terbesar dunia dipaksa untuk menghemat energi dengan membatasi jumlah produksi, termasuk Toyota.
Dilansir dari Bloomberg, setidaknya 20 dari 34 provinsi di wilayah Cina mengumumkan pemadaman listrik. Pemadaman ini sebagian besar ditargetkan untuk pengguna industri berat. Ke-20 provinsi tersebut menyumbang 66% terhadap produk domestik bruto (PDB) Cina.
Pemadaman merupakan imbas dari kenaikan harga batu bara serta ambisi Cina untuk mengurangi emisi gas kaca.
Harga batu bara yang tinggi menyebabkan perusahaan pembangkit listrik memangkas output meskipun permintaan melonjak. Di sisi lain, beberapa daerah secara proaktif menghentikan aliran listrik untuk memenuhi tujuan emisi dan intensitas energi.
Pabrik Toyota Motor Corp di Cina juga terdampak oleh krisis listrik negara tersebut. Namun, juru bicara Shiori Hashimoto tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai seberapa besar dampak yang ditimbulkan.
Pabrik mereka yang berpusat di sekitar Tianjin dan Shanghai mampu memproduksi lebih dari satu juta kendaraan per tahun di Cina.
“Toyota tidak bisa memprediksikan kondisi yang akan datang karena situasinya terus berubah-ubah,” kata Hashimoto dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/9).
Selain Toyota, pusat pembuatan baja tahan karat dan keramik utama di Provinsi Fujian, Cina adalah wilayah terbaru yang menghadapi pemadaman listrik.
Wilayah ini akan membatasi aliran listrik mulai 28-30 September dan akan dilanjutkan pada 4-16 Oktober 2021.
Diketahui, wilayah ini memiliki pabrik baja utama, termasuk yang dioperasikan oleh Tsingshan Holding Group, yang merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
Pabrik semikonduktor di kota Kunshan, provinsi Jiangsu juga terdampak oleh pembatasan aliran listrik. Juru bicara ASE Technology Holding Co. mengatakan bahwa, pabriknya di kota Kunshan tidak akan berproduksi dari 27-30 September karena pembatasan penggunaan daya.
Kemudian, Provinsi Jilin Cina, yang mengalami pemadaman listrik selama akhir pekan mengatakan akan mencari lebih banyak kuota impor batubara dan mencoba untuk meningkatkan pengiriman dari Rusia, Indonesia dan Mongolia.
Pemerintah daerah provinsi timur laut tersebut mengatakan, penambang batu bara harus berproduksi dengan kapasitas penuh.
Baca Juga
Sementara itu, lembaga keuangan akan menawarkan pinjaman dengan bunga lebih rendah kepada perusahaan pembangkit listrik guna memastikan pasokan bahan bakar listrik dan pemanas cukup untuk digunakan pada musim dingin ini.
Analis Morgan Stanley mengatakan, alasan terbesar di balik kekurangan listrik di Cina adalah 60-70% pembangkit listrik tenaga batu bara melaporkan kerugian karena harga yang tinggi. Selain itu, penambang tidak memenuhi kontrak pasokan jangka panjang.
Sementara itu, Economic Information Daily melaporkan , Provinsi Guangdong yang merupakan pusat industri selatan dengan ekonomi lebih besar dari Australia telah membatasi penggunaan listrik sebanyak 15 gigawatt.
Permintaan di provinsi ini melonjak hingga mencapai 141 gigawatt, naik 11% dari tahun lalu. Namun, pembatasan di provinsi ini tidak seberat pada saat musim panas, ketika pasokan listrik dipangkas sebanyak 21 gigawatt.
Oleh karena itu, pejabat Guangdong mengatakan, bahwa mereka telah meningkatkan konsumsi daya untuk pengguna industri besar.
Mereka juga meminta pengelola gedung perkantoran untuk berhenti menggunakan lift untuk tiga lantai pertama dan mengimbau penduduk untuk menjaga suhu pendingin ruangan mereka di atas 26 derajat celcius untuk membantu menghemat daya.
Lebih lanjut, Goldman, Nomura Holdings Ltd., China International Capital Corp. dan Morgan Stanley juga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB atau memperingatkan pertumbuhan yang lebih rendah karena gangguan listrik tersebut.