Investor Ramai-ramai Tinggalkan RI, Modal Asing Kabur Rp 12,5 Triliun

Image title
Oleh Abdul Azis Said
3 Desember 2021, 17:37
modal asing, SBN, saham, Bank Indonesia
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021). Terdapat aksi jual neto sebesar Rp 2,79 triliun pada 8-12 November di pasar saham dan SBN.

Aksi jual aset oleh investor asing di pasar keuangan domestik semakin deras di tengah semakin menguatnya rencana percepatan tapering off The Fed. Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat modal asing kabur Rp 12,5 triliun sepekan terakhir.

Dalam hitungan mingguan, jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 1-4 November 2021. Pada pekan tersebut aksi jual neto mencapai Rp 12,66 triliun.

Sepanjang tahun ini, aksi jual terbesar terjadi pada 22 – 25  Februari 2021, yakni Rp 18,27 triliun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan aliran modal keluar terjadi baik di pasar saham maupun pasar Surat Berharga Negara (SBN).

 Aksi jual paling banyak di pasar SBN sehingga mencatat nilai jual neto sebesar Rp 9,82 triliun. Sementara itu, modal asing keluar di pasar saham tercatat Rp 2,68 triliun.

"Berdasarkan data setelmen sejak awal tahun ini, terdapat nonresiden jual neto Rp 31,76 triliun," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (3/12).

Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia tenor lima tahun per 2 Desember relatif stabil di level 87,03 bps, turun tipis dari 87,26 bps per 26 November.

Imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun hari ini naik ke level 6,43%. Sedangkan yield surat utang pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury tenor 10 tahun turun ke level 1,4% pada perdagangan Kamis (2/12).

Arus modal asing keluar di pasar keuangan ikut menyerat pelemahan pada nilai tukar.

Mengutip Bloomberg, kurs garuda ditutup di level Rp 14.420 di pasar spot sore ini, melemah 0,4% dari posisi penutupan pekan lalu.

 Pelemahan nilai tukar sepekan terakhir terutama dipengaruhi dua sentimen utama global, yakni rencana percepatan tapering off bank sentral AS (The Fed) dan meluasnya varian baru Covid-19 Omicron.

"Pasar kelihatannya masih belum lepas dari sentimen percepatan tapering AS yang menarik likuiditas dollar di pasar sehingga dollar menguat," kata analis pasar uang Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (3/12).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...