Hutama Karya Targetkan Kontrak Baru Rp 35 Triliun, Incar Proyek IKN
PT Hutama Karya menargetkan nilai kontrak baru pada tahun ini mencapai Rp 35,4 triliun. Angka ini melonjak 208,63% dari realisasi kontrak konstruksi sepanjang 2021senilai Rp 11,47 triliun. Salah satu kontrak yang diincar adalah proyek pembangunan di Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Namun, Hutama Karya belum memberikan detail mengenai proyek yang diincar di IKN yang berlokasi di Kalimantan Timur tersebut.
Selain proyek pembangunan IKN, kenaikan kontrak Hutama Karya akan ditopang proyek-proyek yang tertunda akibat pandemi Covid-19.
Untuk mencapai target itu, strategi yang akan diterapkan adalah menguatkan fondasi keuangan perseroan beserta anak-anak usaha. Dengan demikian, basis kekuatan kolektif grup Hutama Karya dinilai akan meningkat.
"Oleh sebab itu, tema sasaran dan strategi Hutama Karya di tahun 2022 juga disesuaikan dengan perkembangan dan antisipasi dari dampak pandemi ini yaitu, Restrukturisasi dan Penyehatan Keuangan,” kata Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto dalam keterangan resmi, Selasa (15/2).
Salah satu kontrak baru yang akan didapatkan pada tahun ini adalah Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1A senilai Rp 2,08 triliun.
Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), To Semarang-Demak seksi 1 memiliki panjang 10,69 Kilometer (Km) dan menghubungkan Semarang dengan Kecamatan Sayung di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Adapun, perkembangan pembebasan lahan itu baru mencapai 3,09%, sedangkan konstruksi seksi itu dijadwalkan rampung pada Juni 2024.
Jalan Tol Semarang-Demak ditaksir menelan investasi senilai Rp 5,44 triliun. Adapun, biaya pembebasan lahan tol itu mencapai Rp 6,8 triliun.
Selain jalan tol, Budi berujar pihaknya juga akan menandatangani kontrak konstruksi revitalisasi Gedung Parkir Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sebagai informasi, total anggaran revitalisasi TMII mencapai Rp 1,33 triliun.
Untuk memperbaiki arus kas, perseroan juga akan menawarkan tiga ruas Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) kepada Indonesia Investment Authority (INA), atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Ruas yang dimaksud adalah ruas Medan - Binjai, ruas Terbanggi Besar - Kayu Agung, ruas Bakauheni - Terbanggi Besar.
Dalam catatan Katadata, rata-rata pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) seluruh ruas JTTS hanya mencapai 3,29%, sedangkan rata-rata IRR ruas tol yang kini dalam tahap konstruksi hanya mencapai 0,58%.
Secara terperinci, IRR ruas yang telah beroperasi adalah Medan—Binjai (6,1%), Bakauheni—Terbanggi Besar (6,57%), Palembang—Indralaya (-0,6%), Terbanggi Besar—Kayu Agung (4,6%), Pekanbaru—Dumai (3,84%), Sigli—Banda Aceh Seksi 3 dan Seksi 4 (-0,77%), dan Stabat – Pangkalan Brandan (-5,54%).
Total investasi yang ditanamkan pada ketiga ruas yang akan dijajaki dengan INA mencapai Rp 42,06 triliun.
Secara rinci, investasi pada Medan-Binjai senilai Rp 3,6 triliun, Bakauheni-Terbanggi Besar senilai Rp 16,79 triliun, dan Terbanggi Besar-Kayu Agung senilai Rp 22,19 triliun.
Sebelumnya, INA menyatakan sedang melihat beberapa ruas JTTS dengan total nilai aset sekitar Rp 50 triliun.
Seperti diketahui, total investasi yang tertanam dalam konstruksi JTTS tahap I mencapai Rp 152,26 triliun.
Sebagai informasi, INA telah menyiapkan paltform investasi jalan tol bersama dengan beberapa sovereign wealth fund (SWF), yakni Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) milik Kanada.
Juga, dengan Algemene Pensioen Groep (APG) milik Belanda, dan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) milik Uni Emirat Arab.
Total kapasitas ekuitas platform tersebut kini mencapai US$ 3,75 miliar atau setara dengan Rp 54 triliun. Adapun, INA memiliki kepemilikan sekitar 20% pada platform tersebut.
Total panjang ruas JTTS yang masih dalam tahap konstruksi sepanjang ±519 Km meliputi Tol Sigli – Banda Aceh (44 Km), Tol Kisaran – Indrapura (48 Km), Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat (143 Km), Tol Sp. Indralaya – Muara Enim (121 Km), Tol Padang – Sicincin (37 Km), Tol Pekanbaru – Pangkalan (64 Km), Tol Bengkulu – Taba Penanjung (18 Km) dan Tol Stabat – Pangkalan Brandan (44 Km).