Tanpa Pengeboran, Produksi Minyak Blok Rokan Bisa Turun 15 Ribu BOPD
SKK Migas memproyeksikan penurunan produksi sekitar 15 ribu barel minyak per hari (BOPD) per tahun di Blok Rokan. Ini dengan asumsi tak ada kegiatan investasi untuk pengeboran di blok tersebut pada tahun ini.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, diskusi antara Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina terkait transisi pengelolaan Blok Rokan masih berjalan alot. Lewat diskusi tersebut, Pertamina diharapkan bisa melakukan pengeboran tahun ini, meski alih kelola resmi atas blok tersebut di 2021.
"Kalau tidak ada pengeboran ya pasti produksi akan turun. Penurunan per tahun sekitar 15 ribu BOPD," ujar Julius kepada Katadata.co.id, Rabu (4/3).
(Baca: Pemerintah Batal Percepat Target Lifting 1 Juta Barel Minyak)
Maka itu, Julius mengatakan, jika kedua belah pihak tidak segera mencapai kesepakatan, SKK Migas bakal turun tangan. Sebelumnya, ia mengatakan operator Blok Rokan perlu mengebor minimal ratusan sumur per tahun guna meredam penurunan produksi secara alamiah di blok tersebut.
Sepengetahuan Julius, Chevron telah berhenti mengebor di blok migas di Riau tersebut sejak 2018. Hal ini mengingat kontrak Chevron akan berakhir pada 2021. "Terakhir mengebor di akhir tahun 2018, kalau tidak salah ya," ujarnya.
(Baca: Ingin Kuasai Pasar LNG, SKK Migas Targetkan Produksi Gas 12.300 MMSCFD)
Sedangkan penerapan teknologi tingkat lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mendongkrak produksi minyak Blok Rokan dinilai belum akan terealisasi dalam waktu dekat. Apalagi, Pertamina mengaku kesulitan untuk mendapatkan formulanya.
Sebelumnya, SKK Migas meminta Chevron untuk berinvestasi di Blok Rokan jika Pertamina tak dapat mengebor pada tahun ini. Menanggapi hal itu, Chevron menyatakan siap melaksanakan transisi dengan perusahaan pelat merah tersebut.