Benarkah Jakarta Akan Tenggelam?

Riko Reinarto
Oleh Riko Reinarto
22 Desember 2021, 09:37
Riko Reinarto
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata

Banjir rob dan Jakarta tenggelam sempat ramai disorot berbagai media, meskipun isu tersebut kalah pamor dengan berita-berita bertajuk Covid-19 varian omicron dan boikot Nikita Mirzani. Perkiraan DKI Jakarta tenggelam hingga kawasan Monumen Nasional dalam tiga puluh tahun ke depan seakan menjadi topik yang tidak begitu relevan, padahal ini menyangkut hajat hidup lebih dari sepuluh juta jiwa.

Ada potensi kehilangan PDRB penduduk sebesar Rp 1.186 triliun. Ada juga potensi kerugian materiil seperti pusat bisnis, infrastruktur, dan gedung-gedung bersejarah. Juga kerugian non-materi selayaknya kebudayaan dan kenangan penduduk yang melekat pada setiap sudut kota menjadi sesuatu yang tidak bisa lagi dianggap remeh.

llustrasi Jakarta Tenggelam
llustrasi Jakarta Tenggelam (Sumber: Kementerian KKP. Agustus 2021)

Krisis iklim yang turut mempercepat kenaikan air laut menjadi satu dari sekian penyebab yang seharusnya ditangani secara global, bukan oleh warga Jakarta saja. Kebijakan-kebijakan yang diambil serta solusi-solusi yang sudah dijalankan tetap tidak bisa memastikan akan satu kondisi, yaitu efek dari naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Hal ini lantaran penanganan perubahan iklim membutuhkan solusi yang lebih global dan masif serta penuh dengan ambisi. Animo pesimistis terhadap penanganan isu perubahan iklim terjadi karena banyak kebijakan lokal maupun global yang masih berpihak kepada energi fosil.

Belum lagi kenaikan harga gas alam yang membuat banyak negara di Eropa dan Amerika kembali menggunakan batu bara sebagai energi utama demi menyelamatkan masyarakat dari musim dingin tahun ini.

Climate Action Tracker
Climate Action Tracker (Sumber: Climate Action Tracker)

Namun demikian, sebagai warga negara kita dituntut untuk lebih memperhatikan isu ini secara lokal. Pasalnya, meskipun tanggul-tanggul di Jakarta Utara dinaikkan setiap tahun, banjir rob tetap terjadi.

Hal itu mengindikasikan bahwa permukaan tanah Jakarta menurun terus-menerus. Penyebabnya, tingkat debit-kredit air yang tidak seimbang, kurangnya tempat resapan air, dan dinding-dinding sungai yang menyempit setiap hari karena penumpukan sampah.

Solusi preventif yang dapat dilakukan yaitu rehabilitasi sungai dan memperbaiki reservoir. Sementara solusi antisipatifnya yakni membangun tembok-tembok a la anime Attack On Titan di pesisir Jakarta yang tidak memakan sedikit biaya.

Rencana pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur seakan mengamini bahwa Jakarta sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Sehingga, pertanyaan terbesarnya adalah apakah mundur dari pertarungan dengan perubahan iklim menjadi bijak untuk masyarakat?

Mundur yang dimaksud yaitu bergerak meninggalkan wilayah-wilayah yang berpotensi tenggelam dan membangun peradaban baru yang menjauh dari laut tanpa meninggalkan laut itu sendiri. Beberapa aspek yang akan muncul terkait keberadaan DKI Jakarta yang baru meliputi luasan provinsi, relokasi penduduk, serta berkurangnya pemasukan daerah menjadi hal-hal yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari.

Perencanaan untuk membuat sebuah peradaban baru yang lebih lestari dan berkelanjutan menjadi sebuah kewajiban apabila kita masih ingin melihat anak-cucu dapat menikmati udara bersih, air yang cukup dan memadai, serta kehidupan yang layak.

Mengingat Jakarta memiliki ketergantungan pangan tinggi terhadap daerah lain, apabila setengah Jakarta kelak benar-benar tenggelam, masyarakat perlu menjadikan Ibu Kota ini lebih tahan banting. Mengapa? 

Ketika skenario bencana 2050 melanda, krisis iklim akan meluluhlantakkan aktivitas seluruh daerah. Bilamana solusi-solusi atas ketergantungan baru digalakkan di tengah kepanikan massal, hampir dapat dipastikan bahwa dalam tahun-tahun berikutnya Jakarta hanya akan menjadi sebuah catatan kaki dalam buku sejarah dunia.

Atas dasar itulah pengembangan regeneratif (regenerative development) perlu dipertimbangkan sebagai alternatif dari pengembangan keberlanjutan (sustainable development). Lantas apa saja yang dapat masyarakat lakukan demi hari ini dan esok yang lebih baik?

Sebelum masuk pada solusi, kita perlu sama-sama mengetahui bahwa yang disebut dengan sustainable development adalah sebuah proses untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hari ini tanpa mengorbankan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan di masa depan (Brundtland, 1980). Pengembangan keberlanjutan dimaksudkan untuk mencapai titik keseimbangan yang dinamis antara manusia dan ekosistem kehidupan.

Sekilas proses yang demikian ini terdengar baik, mengingat sudah sejak lama PBB mendorong semua negara untuk melakukannya. Namun perlu diingat bahwa pada praktiknya seringkali kita sebagai manusia lupa untuk menjaga keberlangsungan tempat-tempat sumber daya didapatkan. Atas dasar kealpaan menahun inilah regenerative development dianggap sebagai solusi mutakhir yang lebih relevan untuk diterapkan.

Pengembangan regeneratif dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sembari memajukan kapasitas sistem pendukung yang diperlukan untuk pertumbuhan masa depan (Gabel, 2015).

Halaman:
Riko Reinarto
Riko Reinarto
Co-Founder Astamandala Sustainability Consulting Group. Pengajar paruh-waktu Universitas Prasetiya Mulya

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...